Komplikasi Reduksi Tertutup Fraktur
Komplikasi reduksi tertutup fraktur tergantung dengan teknik imobilisasi yang digunakan, apakah teknik cast splintage atau teknik traksi. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah ulkus dan laserasi pada kulit.[1,2]
Komplikasi Teknik Cast Splintage
Komplikasi yang dapat terjadi bila menggunakan bidai adalah pembentukan ulkus akibat tekanan/gesekan, bidai yang terlalu kencang, dan laserasi pada kulit. Ulkus akibat tekanan/gesekan (pressure sores) dapat terbentuk walaupun ukuran dan bentuk bidai sudah sesuai.[1,2]
Gesekan terutama terjadi di permukaan tulang yang menonjol, dan seringkali pasien mengeluh nyeri terlokalisir di satu daerah tersebut. Pada anak-anak, dapat terjadi ulkus bila ia mencoba menggaruk daerah yang gatal menggunakan sebuah alat, dan ada kemungkinan juga alat tersebut tertinggal di dalam bidai.[1,2]
Bidai yang terlalu kencang dapat mempengaruhi aliran darah dan membentuk thrombophlebitis, atau sindrom kompartemen. Perhatikan lima ‘P’ yaitu pain, paralysis, paraesthesia, pallor, dan perishing cold. Apabila terdapat tanda ini, maka kemungkinan terjadi sindrom kompartemen.
Awal saat pemasangan, bidai mungkin berukuran pas, tetapi ekstremitas mengalami edema sehingga menjadi kompresi.Laserasi pada kulit merupakan komplikasi saat melepaskan bidai, terutama saat penggunaan gergaji elektrik.[1,2]
Komplikasi Teknik Traksi
Komplikasi dari penggunaan traksi adalah gangguan sirkulasi, luka pada saraf, dan infeksi di lokasi pemasangan pin. Pemasangan balutan dapat menghambat sirkulasi, dan imobilisasi dapat menyebabkan tromboemboli.[1,2]
Pada traksi tulang, lokasi pemasangan pin harus diperiksa secara rutin dan dibersihkan agar menghindari infeksi. Luka pada saraf dapat terjadi pada pasien, terutama pasien lanjut usia yang menyebabkan drop-foot bila terjadi salah posisi dan luka ke saraf peroneal.[1,2]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini