Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Pemeriksaan Fungsi Luhur general_alomedika 2023-08-03T10:23:01+07:00 2023-08-03T10:23:01+07:00
Pemeriksaan Fungsi Luhur
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Pemeriksaan Fungsi Luhur

Oleh :
dr. Ayu Wulansari
Share To Social Media:

Teknik pemeriksaan fungsi luhur adalah pasien diminta mengerjakan, mengikuti instruksi, dan menjawab serangkaian pertanyaan dalam tes yang dapat berbentuk paper-based maupun computer-based. Secara umum, teknik pemeriksaan fungsi luhur adalah dengan menggunakan serangkaian tes-tes terstandarisasi yang membutuhkan kerjasama dan koordinasi pasien. Hasil penilaian dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara serial sebab fungsi kognitif atau defisit fungsional bersifat dinamis dan dapat berubah.[5-8,12]

Persiapan Pasien

Pemeriksaan fungsi luhur tidak memerlukan persiapan pasien secara khusus. Namun, dua hal yang penting untuk diperhatikan adalah persetujuan pasien sebelum dilakukan tindakan, dan informasi riwayat kesehatan pasien harus secara lengkap ditanyakan. Semua berkas-berkas pasien harus dipersiapkan sebelum proses pemeriksaan fungsi luhur.[7,8]

Peralatan

Alat yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan fungsi luhur adalah suatu set tes yang telah terstandarisasi dan dirancang untuk menilai aspek atau domain fungsional tertentu.  Pemilihan jenis tes ini berbeda-beda tergantung karakteristik pasien, termasuk tingkat pendidikan, status fungsional, kognitif premorbid, keterbatasan fisik, usia, dan faktor kelelahan.[7,8]

Faktor lainnya meliputi tujuan dilakukannya penilaian, apakah untuk penegakan diagnosis atau perencanaan rehabilitasi,  serta gambaran defisit fungsional atau kognitif yang ditunjukkan saat assessment awal. Tes-tes yang umum digunakan pada pemeriksaan penilaian fungsi luhur, adalah:

  • Kemampuan intelektual secara umum: Wechsler Adult Intelligence Scale–IV, Wechsler Test of Adult Reading

  • Kemampuan fungsi eksekutif: Delis-Kaplan Executive Function System, Wisconsin Card Sort, Tower of London

  • Kemampuan pemusatan perhatian dan konsentrasi: Continuous Performance Test, Digit Span

  • Kemampuan belajar dan ingatan: Wechsler Memory Scales, California Verbal Learning Test

  • Kemampuan berbahasa dan komunikasi: Boston Naming Test, Multilingual Aphasia Examination

  • Kemampuan koordinasi visual dan motorik halus (praxia): Trails A, Bender Visual Motor Gestalt Test

  • Kemampuan motorik dan sensorik: Finger tapping, Grooved pegboard

  • Perubahan emosional, mood, impuls, dan kepribadian: Beck Depression Inventory, Minnesota Multiphasic Personality Inventory[4,8,13]

Posisi Pasien

Tidak ada posisi khusus dalam pemeriksaan fungsi luhur. Pasien hanya diminta untuk mengambil posisi duduk senyaman mungkin agar faktor stress tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan. Pastikan posisi pasien bisa menerima dan memahami instruksi dalam tes dengan baik. Pada pemeriksaan yang membutuhkan interaksi dua arah, seperti wawancara skrining mini mental state examination/MMSE, sebaiknya pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa.[7,12]

Prosedural

Pemeriksaan fungsi luhur dapat dilakukan oleh tenaga profesional di bidang medis dan psikologi. Umumnya pemeriksaan yang bersifat skrining bisa dilakukan di tingkat pelayanan kesehatan primer, sedangkan pemeriksaan yang lebih menyeluruh harus dilakukan di pusat rujukan dengan ahli yang telah tersertifikasi atau mengikuti pelatihan pemeriksaan neuropsikologis.[8,11,14]

Secara umum, prosedur pemeriksaan penilaian fungsi luhur mencakup beberapa langkah penting, yaitu review rekam medis, pemeriksaan status neurobehavioral, seleksi tes, pengerjaan tes, integrasi temuan dan hasil pemeriksaan, serta diakhiri dengan sesi feedback.[6,8]

Review Rekam Medis

Pemeriksa sebelumnya mengumpulkan informasi-informasi penting mengenai riwayat penyakit pasien dan tujuan rujukan/pemeriksaan.[6,8]

Pemeriksaan Status Neurobehavioral

Langkah ini termasuk pre-assessment untuk mencari data tentang onset dan perjalanan keluhan fungsional yang dialami pasien, termasuk informasi dari keluarga dan relatif terdekat. Tingkah laku pasien secara garis besar juga diobservasi pada tahap ini, misalnya: kemampuan daya ingat, kelancaran berbahasa, gaya bicara, status emosional, dan lain-lain.[6,8]

Seleksi Tes

Informasi yang sudah didapatkan dari rekam medis dan pemeriksaan status neurobehavioral akan menjadi panduan pemilihan tes yang sesuai untuk karakteristik dan kondisi pasien saat ini.[6,8]

Pengerjaan Tes

Tes yang telah dipilih, dikerjakan di bawah supervisi pemeriksa atau asisten pemeriksa yang sudah terlatih. Tes ini seringkali berbentuk paper-based dalam format pertanyaan dan jawaban. Tes lainnya dapat berisikan instruksi untuk memanipulasi objek dan merespon terhadap gambar.[6,8]

Integrasi Temuan dan Hasil Pemeriksaan

Interpretasi dan integrasi hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa berkas hasil pemeriksaannya saja, diagnosis dan kemungkinan etiologi, rekomendasi dilakukannya pemeriksaan neurologi lanjutan, rekomendasi strategi rehabilitasi, serta informasi mengenai derajat kapabilitas fungsional sehari-hari.[6,8]

Sesi Feedback

Komponen yang wajib ada dalam sesi feedback meliputi edukasi tentang hasil pemeriksaan, diagnosis, serta prognosis; rekomendasi penanganan selanjutnya; dan mendorong dukungan keluarga demi meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program rehabilitasi.[6,8]

Follow up

Hasil pemeriksaan fungsi luhur harus diikuti dengan follow-up berupa rekomendasi tatalaksana dan pemeriksaan lanjutan apabila diperlukan. Penilaian fungsi luhur sebaiknya diulang lagi secara serial karena selain untuk tujuan diagnosis, hasilnya juga bisa digunakan untuk evaluasi program yang dijalani pasien.[4,10]

Waktu untuk dilakukannya follow-up pemeriksaan berbeda tergantung kondisi klinis yang mendasari. Pada suatu penelitian dengan sampel pasien demensia, pemeriksaan neuropsikologis dilakukan secara serial setiap 12 bulan dengan kisaran total waktu follow-up 1-9 tahun.[15]

Referensi

4. Henry J, von Hippel W, Molenberghs P, Lee T, et al. Clinical assessment of social cognitive function in neurological disorders. Nature Reviews Neurology. 2016. DOI: 10.1038/nrneurol.2015.229
5. Hioka A, Mizobuchi Y, Tada Y, Nishi K, et al. Usefulness of a novel higher brain dysfunction screening test for evaluating higher brain function in healthy persons. J Med Invest. 2017;64:280-85.
6. Vakil E. Neuropsychological assessment: Principles, rationale, and challenges. Journal of Clinical and Experimental Neuropsychology. 2011;34(2):135-50.
7. Casaletto K, Heaton RK. Neuropsychological Assessment: Past and Future. Journal of International Neuropsychological Society. 2017;23:778-90.
8. Sanders KM. Part I – The Distinct Worlds of Neuropsychology and Medicine. In: Physician’s Field Guide to Neuropsychology – Collaboration through Case Example. 2019. Springer. https://doi.org/10.1007/978-1-4939-8722-1
10. Braun M, Tupper D, Kaufmann P, McCrea M, et al. Neuropsychological Assessment: A Valuable Tool in the Diagnosis and Management of Neurological, Neurodevelopmental, Medical, and Psychiatric Disorders. Cogn Behav Neurol. 2011;24(3):107-14.
11. Schaefer LA, Meager MR. Neuropsychological Assessment. In: Stat Pearls. 2019. Treasure Island (FL): Stat Pearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513310/
12. Parsey CM, Schitter-Edgecombe M. Applications of Technology in Neuropsychological Assessment. The Clinical Neuropsychologist. 2013;27(8):1326-61. DOI: 10.1080/13854046.2013.834971
13. Pitrowski C. Neuropsychological Testing in Professional Psychology Specialties: Summary Findings of 36 Studies (1990-2016) in Applied Settings. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology. 2017;43(1): 134-44.
14. Harvey P. Clinical applications of neuropsychological assessment. Dialogues Clin Neurosci. 2012;14(1)91-99. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3341654/
15. Pinsker D, Haslam C, Pachana NA, et al. Hit or Miss? Diagnostic contributions of neuropsychological assessment in patients with suspected dementia. International Journal of Clinical Neurosciences and Mental Health. 2018.

Kontraindikasi Pemeriksaan Fungs...
Komplikasi Pemeriksaan Fungsi Luhur

Artikel Terkait

  • Terapi Endovaskular Tidak Manfaat untuk Stroke Akibat Oklusi Pembuluh Darah Sedang dan Distal – Telaah Jurnal Alomedika
    Terapi Endovaskular Tidak Manfaat untuk Stroke Akibat Oklusi Pembuluh Darah Sedang dan Distal – Telaah Jurnal Alomedika
  • Efektivitas Citicolin dan Piracetam untuk Stroke Iskemik dan Cedera Otak Traumatik
    Efektivitas Citicolin dan Piracetam untuk Stroke Iskemik dan Cedera Otak Traumatik
  • Penggunaan Aspirin dan Clopidogrel pada Stroke Iskemik Minor
    Penggunaan Aspirin dan Clopidogrel pada Stroke Iskemik Minor
  • Membedakan Paralisis Nervus Fasialis Sentral dan Perifer
    Membedakan Paralisis Nervus Fasialis Sentral dan Perifer
  • Serba-serbi Glasgow Coma Scale (GCS)
    Serba-serbi Glasgow Coma Scale (GCS)

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Ade Wijaya SpN
Dibalas 13 Mei 2025, 14:15
MRI Pasien Stroke Iskemik - ALOPALOOZA
Oleh: dr. Ade Wijaya SpN
1 Balasan
Alodokter, pasien laki2 56 tahun dgn hipertensi dan diabetes mendadak lemah sisi tubuh kanan. MRI DWI memperlihatkan gambaran berikut. Arteri apa yang...
Anonymous
Dibalas 30 Desember 2024, 09:12
Stroke dengan tanda sulit diajak bicara dan lidah mencong ke kiri
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin bertanya apabila pasien sulit untuk diajak bicara sejak 1 hr yll. Lidah mencong ke kiri.Untuk hemisphere yg terkena apakah yg kiri?
dr.Made Agung M.KM., AIFO-K
Dibuat 29 Oktober 2024, 06:24
Stroke iskemik atau hipertensi termasuk kategori metabolik stress ringan, sedang, atau berat ?
Oleh: dr.Made Agung M.KM., AIFO-K
0 Balasan
Izin dokter, Saya Izin bertanya mengenai penilaiab Status gizi menggunakan formulir Subjective Global Assesment pada Pasien Hemodialisis ? Jika Pasien...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.