Pedoman Klinis Pemeriksaan Refleks Fisiologis
Pedoman klinis tentang pemeriksaan refleks fisiologis mencakup teknik pemeriksaan refleks dalam maupun refleks superfisial. Dokter dapat menentukan jenis pemeriksaan sesuai dengan kondisi tiap pasien. Poin-poin penting yang perlu diperhatikan adalah:
- Pemeriksaan refleks dalam membutuhkan alat berupa palu refleks, sedangkan pemeriksaan refleks superfisial hanya membutuhkan sentuhan yang bisa berasal dari ujung palu refleks maupun dari objek lain
- Untuk pemeriksaan refleks dalam, identifikasi posisi anatomis yang akan diketuk (tendon atau periosteum) dan lakukan ketukan secara tidak langsung pada jari pemeriksa yang diletakkan di atas tendon apabila tendon tersebut tidak memiliki landasan struktur yang keras
- Saat pemeriksaan refleks dalam, gagang palu tidak digenggam keras melainkan hanya dipegang oleh ibu jari dan jari telunjuk lalu diayunkan secara rileks dengan menggunakan gerakan pergelangan tangan, bukan gerakan lengan
- Untuk pemeriksaan refleks superfisial, sentuhan atau goresan dilakukan di kulit atau mukosa untuk merangsang kontraksi otot di bawahnya
- Selalu bandingkan hasil refleks pada kedua sisi tubuh (kanan dan kiri)
- Lesi pada upper motor neuron (UMN) seperti pada kasus stroke, tumor otak, dan cedera otak traumatik umumnya menimbulkan hiperrefleks dalam, sedangkan lesi pada lower motor neuron (LMN) seperti pada kasus sindrom Guillain-Barre, poliomielitis, dan neuropati perifer umumnya menimbulkan hiporefleks dalam[1-5]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur