Indikasi Pemeriksaan Refleks Patologis
Pemeriksaan refleks patologis merupakan pemeriksaan fisik neurologis rutin yang terutama diindikasikan pada pasien-pasien dengan dugaan lesi upper motor neuron (UMN). Pasien dengan lesi UMN dapat mempunyai manifestasi klinis, yaitu kelumpuhan atau kelemahan anggota gerak, kejang, atau penurunan kesadaran.
Beberapa penyakit ditandai dengan hasil pemeriksaan refleks patologis yang positif, antara lain: stroke, multiple sclerosis, cedera otak traumatik, cerebral palsy, parkinsonisme atipikal, dan amyotrophic lateral sclerosis.
Traktus kortikospinalis berjalan dari otak melalui batang otak dan sumsum tulang belakang, sehingga lesi pada sistem saraf pusat juga memengaruhi integritas traktus kortikospinalis.[1,2,4]
Traktus kortikospinalis mengendalikan aktivitas motorik primer untuk sistem motorik somatik dari leher hingga kaki. Traktus ini merupakan jalur utama tulang belakang yang terlibat dalam gerakan volunter. Traktus ini bermula pada korteks motorik primer di mana soma dari neuron piramidalis terletak dalam lapisan kortikal V.[8]
Mayoritas akson akan menyilang pada dekusasio piramidalis untuk membentuk traktus kortikospinalis lateral. Penyilangan ini menyebabkan sisi kiri otak mengendalikan sisi kanan tubuh sedangkan sisi kanan otak mengendalikan sisi kiri tubuh.[8]
Sebagian kecil akson tetap berada pada sisi ipsilateral untuk membentuk traktus kortikospinalis anterior. Baik traktus kortikospinalis lateral dan anterior berpindah ke substansia grisea sebelum kornu ventralis sumsum tulang belakang sebelum disinkronkan ke neuron motorik yang lebih rendah.[8]
Oleh karena itu, hasil positif atau negatif dari pemeriksaan refleks patologis akan memberikan informasi yang sangat penting tentang ada tidaknya patologi pada sistem saraf pusat. Kecurigaan terhadap patologi pada tulang belakang juga menjadi indikasi pemeriksaan refleks patologis.[8,9]
Kecurigaan terhadap kelemahan tipe UMN menjadi pertimbangan dan indikasi dilakukannya pemeriksaan refleks patologis ketika pemeriksaan neurologis rutin menemukan:
Pemeriksaan refleks fisiologis menunjukkan hasil hiperrefleks
- Tonus hipertoni
- Atrofi otot
- Fasikulasi otot negatif
- Klonus otot positif[1,3,4]