Teknik Pemeriksaan Sistem Motorik
Teknik pemeriksaan sistem motorik meliputi penilaian sikap badan atau postur, bentuk dan ukuran otot, gerakan abnormal otot yang tidak terkendali, tonus otot, kekuatan otot, dan gerakan ekstremitas. Pemeriksaan ini dilakukan dalam posisi berdiri, duduk, atau berbaring.[9,10]
Persiapan Pasien
Lakukan anamnesis secara detail sebelum memulai pemeriksaan sistem motorik dan jelaskan langkah-langkah pemeriksaan yang akan dilakukan dengan tata bahasa yang mudah dipahami pasien.[9]
Pastikan ruangan pemeriksaan tertutup, sehingga dokter dapat menjamin kerahasiaan pasien. Pastikan ruangan memiliki penerangan baik dan minta dampingan perawat untuk bertindak sebagai saksi. Berikan instruksi kepada pasien untuk mengatur posisi sesuai bagian tubuh yang hendak diperiksa.[9]
Peralatan
Pada pemeriksaan sistem motorik, peralatan tambahan tidak diperlukan.[9]
Posisi Pasien
Untuk pemeriksaan sistem motorik, pasien dapat diposisikan berdiri maupun duduk, tergantung pada jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Namun, apabila pasien tidak dapat berdiri atau duduk, pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara berbaring.[9]
Prosedural
Pemeriksaan sistem motorik mencakup inspeksi, palpasi, penilaian gerakan pasif dan gerakan aktif, serta penilaian kekuatan otot.[10]
Inspeksi
Inspeksi dilakukan dengan memperhatikan sikap badan (postur), bentuk dan ukuran otot, dan gerakan abnormal otot yang tidak terkendali.[9]
Saat inspeksi sikap badan dan gait, amati sikap badan secara keseluruhan dan sikap setiap anggota tubuh. Pemeriksa harus mengamati sikap pasien saat berbaring, berdiri, duduk, bergerak, dan berjalan.[9]
Saat inspeksi bentuk dan ukuran otot, bandingkan dengan sisi yang sehat, baik dalam keadaan otot beristirahat maupun otot berkontraksi. Pengamatan dilakukan sistematis mulai dari kepala dan wajah hingga ekstremitas bawah. Perhatikan adanya perubahan bentuk otot (atrofi, hipotrofi, atau hipertrofi). Pada kasus kelumpuhan sejak usia anak, ukuran anggota gerak atas atau bawah yang mengalami kelumpuhan akan terlihat lebih pendek daripada anggota gerak yang sehat.[9]
Saat inspeksi gerakan abnormal tidak terkendali, dokter mungkin menemukan tremor (fisiologis, halus, kasar), khorea, atetosis, ballismus, tik, fasikulasi, dan spasme.[9]
Palpasi
Sebelum palpasi, minta pasien untuk tenang dan mengistirahatkan otot-ototnya agar tidak terjadi kesalahan penilaian. Palpasi otot-otot ekstremitas bagian atas mencakup otot triseps, otot biseps, dan otot-otot lengan bawah. Sementara itu, palpasi otot-otot ekstremitas bawah mencakup otot-otot paha dan betis.[9]
Penilaian dilakukan dengan cara:
- Membandingkan otot yang sakit dengan otot yang sama di sisi tubuh yang sehat
- Memeriksa otot yang sehat terlebih dahulu
- Melakukan palpasi dengan pemijatan otot untuk menilai apakah tonus normal, hipotoni, atau hipertoni
- Menanyakan apakah pasien merasa nyeri saat dipalpasi[9]
Pemeriksaan Gerakan
Pemeriksaan gerakan dilakukan untuk menilai luas gerak persendian. Pemeriksaan ini dibagi menjadi pemeriksaan gerakan pasif dan gerakan aktif. Sebaiknya, lakukan pemeriksaan pasif terlebih dahulu baru pemeriksaan secara aktif.[9]
Pemeriksaan Gerakan Pasif:
Pasien diminta untuk tenang dan mengistirahatkan ekstremitas yang akan diperiksa. Pemeriksa kemudian menggerakkan ekstremitas pasien (tungkai atau lengan) pada persendian hingga ekstremitas berada dalam keadaan fleksi. Lalu, ekstensikan kembali dengan gerakan yang bervariasi, mulai dari gerakan cepat, kemudian lambat, lalu cepat kembali, lalu lebih lambat, dan seterusnya bergantian secara berulang-ulang.[9,10]
Pemeriksaan dilakukan pada ekstremitas yang sehat terlebih dahulu baru ekstremitas sisi yang sakit. Sambil mengerjakan ekstremitas, nilai ada tidaknya tahanan (kekakuan), baik berupa spastisitas maupun rigiditas. Pada keadaan normal, jika pasien benar mengistirahatkan persendian, tidak ada tahanan.[9,10]
Pemeriksaan Gerakan Aktif:
Memeriksa range of motion (ROM) pada ekstremitas atas dan bawah dengan cara mengatur posisi pasien, yakni duduk atau berbaring bagi pasien yang tidak mampu duduk. Pemeriksaan ROM juga bermanfaat untuk meningkatkan fleksibilitas pasien dengan gangguan gait.[9]
Pada pemeriksaan ekstremitas atas, lakukan rotasi lengan pada persendian bahu dan minta pasien menggerakkan bahu ke atas, bawah, depan, dan belakang. Bila pasien tidak dapat menggerakkan lengan, minta pasien untuk menggerakkan sendi-sendi kecil pada jari tangan saja atau menggeser lengannya. Bandingkan sisi sehat dan sakit.[9]
Pada pemeriksaan ekstremitas bawah, mulai pada tungkai yang sehat terlebih dahulu kemudian tungkai yang sakit. Minta pasien menggerakkan tungkai pada persendian paha setinggi mungkin ke arah belakang, samping kanan, dan kiri. Apabila pasien tidak dapat mengangkat tungkai, minta pasien menggerakkan sendi-sendi kecil pada jari kaki atau menggeser tungkai. Bandingkan sisi sehat dan sakit.[9]
Pemeriksaan Kekuatan Otot
Pemeriksaan kekuatan otot dilakukan untuk menilai disfungsi kekuatan otot. Derajat kekuatan otot dinyatakan dalam skala pengukuran menggunakan angka, dimulai dari angka 0 hingga 5. Semakin kecil angka, semakin lemah kekuatan otot. Semakin besar angka, semakin besar kekuatan otot.[11]
Berikut interpretasi pengukuran derajat kekuatan otot:
- Derajat 0: tidak ada kontraksi otot sama sekali atau lumpuh total
- Derajat 1: ada sedikit kontraksi otot tetapi persendian tidak bisa digerakkan
- Derajat 2: pasien bisa menggerakkan ekstremitas tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat, misalnya pasien bisa menggeser lengan tetapi tidak dapat mengangkatnya
- Derajat 3: kekuatan otot sangat lemah tetapi anggota tubuh dapat digerakkan melawan gaya gravitasi
- Derajat 4: kekuatan otot lemah tetapi anggota tubuh dapat digerakkan melawan gaya gravitasi dan dapat menahan sedikit tahanan yang diberikan
- Derajat 5: tidak ada kelumpuhan maupun kelemahan (kondisi normal)[11]
Pemeriksaan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas:
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam berbagai posisi, baik posisi duduk, berdiri, atau berbaring. Pemeriksa menahan gerakan otot untuk menilai kekuatan otot. Pemeriksaan dilakukan pada sisi yang sehat terlebih dahulu baru dibandingkan dengan sisi yang sakit. Pemeriksaan kekuatan otot-otot ekstremitas atas adalah:
- Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi otot lengan bawah
- Pemeriksaan kekuatan adduksi dan abduksi otot lengan
- Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
- Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi sendi metakarpal
- Pemeriksaan kekuatan abduksi dan adduksi jari tangan
- Pemeriksaan kekuatan menggenggam[9-11]
Pemeriksaan Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah:
Lakukan pemeriksaan pada sisi yang sehat terlebih dahulu lalu bandingkan dengan sisi yang sakit. Nilai kekuatan otot dengan cara menahan gerakan otot lalu merujuk pada derajat kekuatan otot. Pemeriksaan kekuatan otot-otot ekstremitas bawah adalah:
- Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi otot paha
- Pemeriksaan kekuatan adduksi dan abduksi otot tungkai
- Pemeriksaan kekuatan fleksi dan ekstensi persendian lutut
- Pemeriksaan kekuatan dorsofleksi dan plantarfleksi otot-otot kaki[9-11]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur