Teknik Pemeriksaan Selaput Dara
Teknik pemeriksaan selaput dara adalah dengan visualisasi himen dengan posisi litotomi, frog leg saat supinasi, atau posisi knee–chest. Pemeriksaan himen tidak memerlukan persiapan khusus, selain memberikan penjelasan mengenai prosedur pemeriksaan dan mendapatkan persetujuan pasien. Peralatan yang dibutuhkan antara lain lampu pencahayaan yang baik, dengan instrumen tambahan seperti cotton swab, cairan salin, dan foley catheter.
Persiapan Pasien
Sebelum pemeriksaan dimulai, berikan penjelasan singkat dan jelas mengenai prosedur pemeriksaan. Pemberian penjelasan dapat dipermudah dengan bantuan alat peraga. Pada saat pemeriksaan berlangsung, pemeriksa sebaiknya ditemani oleh seorang asisten.[1]
Pasien atau wali pasien perlu memberikan persetujuan sebelum pemeriksaan dilakukan, dan memberikan persetujuan adanya asisten yang akan membantu selama pemeriksaan berlangsung. Minta informed consent.
Pendekatan yang baik diperlukan, terutama pada pasien prepubertas, agar rasa takut, malu, atau potensi trauma dapat diminimalisir. Pada kelompok pasien ini, kehadiran orang tua atau pengasuh selama pemeriksaan dilakukan dapat memberikan kenyamanan bagi anak. Pada anak yang sudah besar, dapat diberikan pilihan apakah anak ingin melihat proses pemeriksaan melalui cermin, karena terkadang hal ini dapat memberikan kenyamanan. [1]
Bila pemeriksaan genitalia ini sulit dilakukan, seperti pada kelompok dengan disabilitas fisik, gangguan perkembangan dan perilaku, dan pasien yang tidak kooperatif, sedasi dapat disarankan, atau pemeriksaan dapat dilakukan setelah beberapa kali kunjungan, atau pasien dirujuk ke ahli ginekologi.[1]
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada saat pemeriksaan selaput dara antara lain ruangan dengan gorden dan pintu yang dapat dikunci agar privasi pasien dapat dijaga. Alat lain yaitu sarung tangan, meja pemeriksaan ginekologi dengan penyangganya, lampu cahaya yang baik, cairan salin, cotton swabs, dan foley catheter ukuran 18F.[1,4,8]
Posisi Pasien
Visualisasi himen dapat dilakukan dalam posisi litotomi, frog leg saat supinasi, atau posisi knee–chest. Posisi knee–chest adalah posisi saat pasien pronasi dengan mengangkat bagian bokong dan panggul, yang dapat memperlihatkan bagian inferior vagina dan himen, atau mungkin bagian atas vagina dan serviks.[1,8]
Pemeriksaan anak usia kurang 4 tahun dapat dilakukan dengan cara memposisikan anak pada pangkuan orang tua atau pengasuh, kemudian kaki anak mengangkang di atas kedua paha orangtua atau pengasuh. Bila anak mengijinkan, pemeriksaan dapat dilakukan di atas ranjang pemeriksaan dalam posisi supinasi, panggul abduksi, dan kaki dalam posisi frog leg.
Pada anak yang lebih dewasa dapat digunakan meja pemeriksaan ginekologi yang memiliki penyangga untuk kedua kaki. Pada saat pemeriksaan, posisikan kepala lebih tinggi, sehingga terdapat kontak mata dengan pasien selama pemeriksaan berlangsung.[1]
Prosedural
Setelah proses persiapan selesai, minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu. Setelah itu, pasien diminta untuk melepaskan pakaiannya dari bagian pinggang hingga ke bawah, kemudian tutup dengan selimut. Selimut hanya dibuka saat pemeriksaan dilakukan.[1,4]
Prosedur pemeriksaan selaput dara adalah:
- Pasien diinstruksikan untuk berbaring di ranjang dalam posisi yang diinginkan
- Setelah memposisikan pasien, lakukan separasi labia atau traksi labial untuk mempermudah visualisasi himen. Traksi labia dilakukan dengan cara pemeriksa menarik labia mayor ke arah luar dan posterior secara lembut menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
- Kemudian, lakukan inspeksi pada himen[1,4,6]
Pada himen yang terpapar hormon estrogen, sering ditemukan redundant hymen, sehingga bila himen sulit tervisualisasi, pemeriksaan dapat dilakukan dengan bantuan cotton swab untuk menelusuri tepi himen.
Cotton swab sebelumnya perlu dibasahi oleh cairan salin. Visualisasi juga dapat dipermudah dengan cara memasukan cairan salin atau air hangat, sehingga himen seolah mengapung dan pergerakan himen dapat diobservasi saat air mengalir.[1,4]
Pemeriksaan yang lebih invasif dapat menggunakan insersi kateter foley ukuran 18 ke dalam vagina, kemudian balon kateter dikembangkan menggunakan udara. Kateter ditarik perlahan sehingga himen yang terbentang di atas balon kateter yang terinflasi dapat divisualisasi.[1,4]
Catatan Khusus
Hingga saat ini, tidak ada indikator tampilan himen yang dapat diandalkan dan terbukti secara ilmiah dapat mengonfirmasi terjadinya sanggama. Pemeriksaan selaput dara sering disalahgunakan untuk mendeteksi keperawanan pada seorang wanita.
Himen yang intak serta perdarahan yang terjadi pada saat berhubungan seksual tidak dapat digunakan sebagai bukti keperawanan. Hal ini karena himen merupakan jaringan dengan pembuluh darah yang relatif sedikit, sehingga bila terjadi penetrasi tidak akan menyebabkan perdarahan yang signifikan.
Sebagian besar kasus terjadinya perdarahan setelah koitus disebabkan oleh laserasi pada dinding vagina akibat kurangnya lubrikasi dan penetrasi paksa. Perdarahan ini juga tidak rutin dijumpai pada saat dilakukannya koitus yang pertama.[3]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli