Pendahuluan Penjahitan Luka Episiotomi
Penjahitan luka episiotomi atau episiotomy repair merupakan penjahitan kembali potongan surgikal pada vagina dan perineum pasca persalinan. Saat ibu melahirkan, perineum terkadang mengalami robekan atau dibutuhkan episiotomi untuk memperbesar ukuran mulut vagina supaya mampu memfasilitasi persalinan.[1]
Episiotomi dan robekan yang melibatkan lapisan otot (derajat dua) memerlukan penjahitan. Teknik penjahitan episiotomi yang baik akan memengaruhi derajat nyeri, kualitas hidup jangka panjang, dan penyembuhan luka pasca persalinan. Penjahitan luka episiotomi memiliki 2 fungsi penting, yaitu hemostasis, menyatukan kembali, dan mengembalikan fungsi mukosa vagina, jaringan ikat, dan otot.[1,2]
Secara tradisional, bagian vagina dijahit menggunakan teknik kontinu (continuous locking stitch), sedangkan kulit dan otot perineum dijahit menggunakan teknik terputus. Sebuah tinjauan sistematik menemukan bahwa teknik penjahitan subkutan berhubungan dengan pengurangan nyeri dan kebutuhan analgesik pasca persalinan. Studi ini juga menemukan bahwa penggunaan teknik kontinu pada semua lapisan jahitan, berhubungan dengan lebih banyak lagi pengurangan nyeri.[1]
Derajat luka episiotomi sebagai berikut:
- Derajat 1: Robekan kecil pada kulit dan epitel vagina yang tidak melibatkan jaringan di bawahnya
- Derajat 2: Robekan mengenai fascia dan otot perineum, tetapi tidak mengenai otot sfingter anal
- Derajat 3: Robekan mengenai fascia dan otot perineum, serta sudah mengenai otot sfingter anal
- Derajat 4: Robekan mengenai fascia dan otot perineum, serta sfingter anal dan mukosa anorektal
Komplikasi dari tindakan penjahitan luka episiotomi adalah rasa nyeri, dispareunia, dehisensi luka, infeksi, dan inkontinensia alvi.[3,4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini