Teknik Penjahitan Luka Episiotomi
Teknik penjahitan luka episiotomi atau episiotomy repair secara umum adalah menyatukan kembali lapisan vagina dan perineum yang mengalami trauma surgikal. Luka episiotomi dijahit setelah plasenta lahir.[2]
Persiapan Pasien
Informed consent tindakan penjahitan episiotomi termasuk dalam edukasi antenatal care, saat persiapan ibu melahirkan pervaginal. Sebelum melakukan penjahitan luka episiotomi, pastikan plasenta sudah lahir, posisikan pasien, gunakan tampon agar visualisasi luka lebih baik, dan beri anestesi lokal pada area yang akan dijahit.[2]
Peralatan
Beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk penjahitan luka episiotomi adalah:
- 1 set alat jahit dan lampu
- Doek steril, underpad
Cairan salin normal atau aqua untuk irigasi
- Spuit dan jarum nomor 22
- Kasa dan tampon steril
- Obat anestesi lokal, seperti lidocaine 1%
- Benang dan jarum jahit
Alat pelindung diri, seperti sarung tangan dan apron[2,3,4,7]
Posisi Pasien
Pasien dalam posisi litotomi, pastikan pasien hangat dan nyaman. Pastikan pula pencahayaan cukup untuk melakukan tindakan.
Prosedural
Prosedur penjahitan luka episiotomi adalah sebagai berikut:
- Bersihkan area perineal dengan aqua steril atau NaCl 0.9%
- Letakkan doek steril di atas area penjahitan luka
- Lakukan anestesi lokal pada area penjahitan
- Tampon vagina dapat dimasukkan untuk membantu menyerap darah, sehingga visualisasi area penjahitan lebih baik
- Periksa area penjahitan secara sistematis untuk mengidentifikasi struktur luka
- Identifikasi apeks luka mukosa vagina dan mulai jahitan 1 cm di atas titik luka. Jika apeks luka terlalu jauh ke dalam vagina dan tidak terlihat, jahitan penahan ditempatkan di area luka yang terlihat paling jauh dan lakukan traksi untuk membuat apeks luka terlihat
- Gunakan teknik penjahitan kontinu, perbaiki struktur epitel vagina terlebih dahulu, diikuti dengan otot perineal dan kulit. Biasanya dibutuhkan 2 lapisan pada saat menjahit lapisan otot
- Jahitan harus mencakup fasia rektovaginal yang menopang vagina posterior, lalu ke cincin himen dan diikat pada bagian proksimal cincin
- Pastikan jahitan tidak terlalu ketat, gumpalan darah dibersihkan dari luka, tidak meninggalkan ruang mati, dan sisa-sisa selaput dara tidak dijahit
- Keluarkan tampon vagina
- Periksa kembali apakah hemostasis sudah berhasil dan kedua tepi luka menyatu
- Lakukan pemeriksaan vagina dan rektal untuk memastikan vagina dan introitus tidak dijahit terlalu ketat dan tidak ada jahitan yang menembus ke mukosa rektal
- Bersihkan dan keringkan area perineal
- Posisikan pasien ke posisi yang nyaman
- Hitung jumlah instrumen, kasa, dan tampon yang digunakan, pastikan tidak ada yang tertinggal[1,2,4,6,8]
Teknik Penjahitan pada Luka Episiotomi Derajat 3 dan 4
Episiotomi derajat 3 adalah robekan mengenai fascia dan otot perineum, serta sudah mengenai otot sfingter anal. Sementara, derajat 4 adalah robekan mengenai fascia dan otot perineum, serta sfingter anal dan mukosa anorektal.
Pada kasus luka episiotomi derajat 3 dan 4, beberapa hal berikut perlu diperhatikan:
- Penjahitan disarankan dilakukan di ruang operasi
- Penjahitan dengan teknik figure of eight sebaiknya dihindari karena bisa menyebabkan iskemia jaringan
- Mukosa anorektal dijahit dengan teknik kontinu atau terputus. Jika ada kerusakan sfingter anal interna, lakukan penjahitan terpisah dengan teknik terputus atau matras
- Jika terjadi kerusakan total pada sfingter anal eksternal, metode overlapping atau end-to-end bisa digunakan. Jika kerusakan terjadi parsial, disarankan metode end-to-end[4,12]
Follow up
Untuk mengatasi nyeri, pasien dapat diberikan paracetamol oral atau obat antiinflamasi nonsteroid supositoria. Pada follow up pasca persalinan, evaluasi penyembuhan luka episiotomi dan kemungkinan komplikasi seperti infeksi atau inkontinensia. Jika digunakan benang non-absorbable, jahitan dapat diangkat sekitar hari ke-5 atau ke-8.[2,4,9]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini