Indikasi Mamografi
Indikasi mamografi adalah sebagai pemeriksaan skrining dan diagnostik pada kelainan payudara seperti fibroadenoma, kista, atau kanker payudara.
Sebagai pemeriksaan skrining, mamografi direkomendasikan untuk dilakukan pada wanita pada usia 50-69 tahun, dengan risiko rata-rata terhadap kanker payudara. Adapun manfaat skrining mamografi pada wanita dengan usia 40-49 dan 70-75 saat ini masih diperdebatkan.
Sebagai alat diagnostik, mamografi dilakukan pada wanita yang menunjukkan manifestasi klinis seperti benjolan, inversi puting, atau discharge puting. Mamografi diagnostik dapat membedakan kalsifikasi, kista, fibroadenoma, maupun kanker.[4,5]
Selain indikasi sebagai skrining dan diagnosis, terdapat indikasi untuk prosedur contrast-enhanced spectral mammography (CESM) dan indikasi pada populasi khusus.
Pemeriksaan Skrining
Sebagai pemeriksaan skrining, indikasi mamografi dapat dibedakan lagi berdasarkan risiko wanita terhadap kanker payudara.
Skrining pada Wanita dengan Risiko Rata-Rata
Berbagai asosiasi medis dan badan pemerintah memberikan rekomendasi frekuensi dan interval skrining mamografi pada wanita dengan risiko rata-rata yang cukup bervariasi. Namun, skrining mamografi direkomendasikan oleh semua organisasi pada pasien yang berusia 50-69 tahun. Rekomendasi skrining di berbagai negara secara detail dapat dilihat pada Tabel 1.[7]
Tabel 1. Rekomendasi Skrining dengan Mamografi pada Wanita dengan Risiko Rata-Rata
Grup yang Disponsori oleh Pemerintah | Frekuensi skrining (tahun) | Skrining pada Wanita dengan Risiko Rata-Rata | |
Usia 40–49 tahun | Usia dari 50 | ||
Amerika Serikat | 2 | Pembuatan keputusan bersama* | Ya, sampai usia 74 |
Kanada | 2-3 | Tidak disarankan | Ya, sampai usia 74 |
Inggris | 3 | Ya, dimulai pada usia 47 tahun | Ya, sampai usia 73 |
Australia | 2 | Tidak disarankan | Ya, sampai usia 74 |
WHO | 2 | Tidak disarankan | Ya, sampai usia 69 |
Sumber: dr. Irene Cindy Sunur, Alomedika, 2021. Keterangan: *Keputusan skrining menggunakan mamografi harus dilandaskan pada prinsip shared decision-making, yang berarti bahwa pasien harus diinformasikan tentang manfaat dan risiko mamografi lalu membuat keputusannya sendiri berdasarkan informasi tersebut dan preferensinya.[1,5-7]
Rekomendasi skrining mamografi menurut World Health Organization (WHO) adalah sebagai berikut:
- Pada wilayah dengan fasilitas medis yang memadai, program skrining mamografi direkomendasikan setiap 2 tahun pada wanita dengan usia 50-69 tahun. Program skrining pada wanita dengan usia 40-49 tahun dan 70-75 tahun hanya direkomendasikan untuk penelitian, monitoring, dan evaluasi
- Pada wilayah yang memiliki keterbatasan fasilitas medis dengan sistem kesehatan yang relatif kuat, program skrining mamografi direkomendasikan setiap 2 tahun pada wanita dengan usia 50-69 tahun hanya jika kondisi pelaksanaan skrining memungkinkan untuk dilakukan. WHO tidak merekomendasikan skrining mamografi pada wanita dengan usia 40-49 tahun dan 70-75 tahun
- Pada wilayah yang memiliki keterbatasan fasilitas medis dengan sistem kesehatan yang lemah, program skrining mamografi akan sulit dilaksanakan karena biaya yang mahal. Prioritas pada kondisi ini adalah diagnosis dan penanganan dini pada wanita dengan gejala. Pemeriksaan fisik payudara dapat menjadi metode skrining yang diandalkan[1]
Rekomendasi skrining mamografi menurut American Cancer Society adalah sebagai berikut:
- Wanita yang memiliki risiko sedang kanker payudara disarankan menjalani skrining mamografi secara rutin sejak usia 45 tahun
- Wanita dengan usia 45-54 tahun disarankan menjalani skrining mamografi setiap tahun
- Wanita dengan usia >55 tahun dapat dialihkan untuk skrining mamografi setiap 2 tahun sekali atau tetap mengikuti skrining setiap tahun
- Wanita dengan usia 40-44 tahun disarankan untuk mulai melakukan skrining tahunan
- Wanita disarankan untuk tetap melanjutkan skrining mamografi selama kondisi kesehatan nya baik dan memiliki angka harapan hidup >10 tahun
Pemeriksaan klinis payudara tidak direkomendasikan sebagai skrining terhadap kanker payudara pada wanita dengan usia berapapun, yang memiliki risiko sedang terhadap kanker payudara[5,6]
Rekomendasi terkait skrining mamografi menurut United States Preventive Service Task Force, adalah:
- Pada wanita dengan usia 50-74 tahun dilakukan setiap 2 tahun
- Pada wanita sebelum usia 50 tahun dapat dimulai sesuai dengan kondisi khusus masing-masing pasien
- Pada wanita usia 40-49 tahun dilakukan setiap 2 tahun apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risiko yang didapat[5,6]
Berdasarkan American College of Radiology, mamografi direkomendasikan sebagai skrining rutin tiap tahun, sejak usia 40 tahun, pada wanita dengan risiko sedang untuk terjadinya kanker payudara. Pemeriksaan ini harus dilanjutkan pada wanita dengan harapan hidup setidaknya 5-7 tahun, selama pasien berkehendak untuk menjalankan pemeriksaan biopsi dan pengobatan.[5,6]
Skrining pada Wanita dengan Risiko Sedang
Karakteristik risiko sedang kanker payudara (15-20% berpeluang menjadi kanker) adalah jika memiliki salah satu kriteria berupa riwayat kanker payudara, ditemukannya hiperplasia duktal atipikal, atau neoplasia lobular pada biopsi payudara.
Pasien dengan risiko sedang terhadap kanker payudara direkomendasikan untuk melakukan skrining mamografi setiap tahun. Pemeriksaan ini dapat didukung dengan pemeriksaan ultrasonografi payudara dan MRI payudara jika memungkinkan.[6]
Skrining pada Wanita dengan Risiko Tinggi
Karakteristik risiko tinggi kanker payudara (>20% berpeluang menjadi kanker), ditandai dengan:
- Wanita yang mengalami mutasi gen, yaitu BRCA 1 dan 2
- Wanita yang memiliki riwayat kanker payudara dalam keluarga, walaupun tidak diketahui status mutasi gen nya
- Pasien yang memiliki riwayat terapi radiasi di bagian dada pada usia 10-30 tahun
- Pasien yang memiliki risiko kanker payudara selama hidup sebesar >20% dengan model Breast Cancer Surveillance Consortium Risk Calculator “BRCAPRO”[1,5,6,8]
Jika memiliki riwayat kanker payudara dalam keluarga, disarankan untuk mulai skrining mamografi 10 tahun lebih muda dari usia termuda keluarga inti yang mengalami kanker payudara. Akan tetapi, tidak direkomendasikan untuk memulai skrining sebelum usia 30 tahun karena adanya peningkatan sensitivitas terhadap radiasi. Sebagai alternatif, pada kondisi ini dapat dilakukan skrining payudara dengan MRI sebagai pengganti.[6]
Pemeriksaan Diagnostik
Mamografi dapat dipilih sebagai pemeriksaan diagnostik kanker payudara pada wanita yang menunjukkan manifestasi klinis seperti benjolan, inversi puting, atau discharge puting. Suatu studi melaporkan bahwa mamografi digital memiliki sensitivitas sebesar 97% dan spesifisitas sebesar 64,5%. Akurasi diagnosisnya dilaporkan mencapai 89,3%.[4]
Pemeriksaan Contrast-Enhanced Spectral Mammography (CESM)
Contrast-enhanced spectral mammography (CESM) atau pemeriksaan mamografi spektral dengan kontras yang diperkuat adalah pemeriksaan mamografi dengan menggunakan kontras yang disuntikkan secara intravena. Pemeriksaan ini dapat melihat area proliferasi pembuluh darah di luar jaringan normal payudara, sehingga dapat membantu dalam identifikasi dan pengelompokan beberapa temuan jaringan yang mencurigakan.[9]
Indikasi pemeriksaan CESM adalah untuk skrining pada pasien yang memiliki risiko tinggi terjadinya kanker payudara, evaluasi lebih lanjut jaringan payudara yang sangat padat, pemeriksaan diagnostik pada lesi yang dicurigai, melihat stadium kanker payudara, perencanaan tindakan pembedahan, dan evaluasi respons terapi pada kanker payudara.[9]
Mamografi pada Kondisi Khusus
Terdapat beberapa kondisi khusus pasien yang menjadi pertimbangan terhadap indikasi pelaksanaan mamografi.
Wanita dengan Implan Payudara
Wanita yang memiliki riwayat rekonstruksi payudara tanpa adanya jaringan payudara dasar, tidak memerlukan pemeriksaan skrining mamografi. Namun, wanita yang melakukan augmentasi payudara dengan menggunakan implan, memerlukan skrining mamografi secara rutin untuk mengevaluasi kondisi dari jaringan dasar payudara.[5]
Post Mastektomi Rekonstruksi Mio Kutaneus Payudara
Manfaat mamografi pada wanita post-mastektomi atau dengan riwayat rekonstruksi payudara secara mio kutaneus, masih menjadi perdebatan. Namun, hingga saat ini, pemeriksaan payudara secara klinis merupakan metode skrining yang dipilih untuk wanita dengan kondisi ini.[5]
Kehamilan
Mamografi pada wanita hamil diindikasikan untuk tujuan diagnostik dan apabila pada pemeriksaan ultrasonografi tidak didapatkan temuan fisik yang memadai. Skrining mamografi pada wanita hamil sebaiknya ditunda terlebih dahulu hingga memasuki masa trimester tiga akhir.[5]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja