Teknik Tes Penala
Teknik tes penala atau yang dikenal dengan pemeriksaan tajam pendengaran adalah dengan menggetarkan garpu tala sambil menilai respon pasien terhadap suara yang timbul dari getaran.
Tes Rinne dilakukan dengan menempelkan dasar garpu tala yang sudah bergetar di bagian tonjolan tulang mastoid dan dilakukan perbandingan dengan konduksi udara. Kemudian dilakukan juga pemeriksaan yang sama di sisi yang belum diperiksa.
Pemeriksaan Weber dilakukan dengan menggetarkan garpu tala dan dasar garpu tala ditempelkan pada tonjolan tulang di garis tengah tubuh. Pemeriksaan tajam pendengaran merupakan pemeriksaan awal pada gangguan pendengaran sebelum dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa audiometri nada murni.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien untuk dilakukan pemeriksaan adalah pertama–tama menjelaskan prosedur dan meminta persetujuan pasien secara lisan. Pasien diminta melepaskan aksesoris yang menutupi lokasi penempelan garpu tala di bagian kepala dan prosesus mastoid seperti topi dan kacamata. Sebelum pemeriksaan, jelaskan instruksi selama pemeriksaan berlangsung. Idealnya pemeriksaan dilakukan di ruang yang tenang.[3–5,7,8]
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan adalah garpu tala 512 Hz. Garpu tala 512 Hz memiliki frekuensi yang tepat karena keseimbangan dari durasi suara dengan getaran yang dihasilkan. Garpu tala 256 Hz juga dapat digunakan sebagai alternatif walaupun memiliki getaran yang lebih keras daripada 512 Hz.[3–5,7,8]
Posisi Pasien dan Prosedural
Prosedur Menggetarkan Garpu Tala:
- Pegang gagang garpu tala menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
- Ketuk satu per tiga bagian atas garpu tala pada objek yang padat tetapi elastis contohnya siku atau lutut pemeriksa untuk menghasilkan suara dengan frekuensi yang konstan
- Hindari menggetarkan garpu tala pada objek yang terlalu keras karena dapat merusak garpu tala dan menyebabkan suara dengan frekuensi yang tidak konstan[3–5,7,8]
Pemeriksaan Tes Rinne
Pemeriksaan tes Rinne dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
- Pasien dalam posisi duduk
- Pasien diminta menutup telinga di sisi yang berlawanan dengan telinga yang diperiksa menggunakan tangan
- Getarkan garpu tala dan tempelkan dasar garpu tala di prosesus mastoid (konduksi tulang)
- Instruksikan kepada pasien untuk memberitahu jika suara sudah tidak terdengar
- Jika suara sudah tidak terdengar, lepaskan dasar garpu tala dari prosesus mastoid, arahkan ujung garpu tala ke daun telinga dengan posisi paralel liang telinga atau perpendikular liang telinga dengan jarak 1–2,5 cm (konduksi udara). Posisi dan jarak garpu tala tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil pemeriksaan. Jarak dan posisi diatur untuk konsistensi dan estetika dalam pemeriksaan
- Instruksikan kepada pasien untuk memberitahu jika suara sudah tidak terdengar
- Diharapkan suara pada konduksi udara tetap ada setelah konduksi tulang tidak terdengar[4]
Interpretasi Rinne adalah Positif dan Negatif:
Tes Rinne positif apabila hantaran udara terdengar lebih lama di bandingkan hantaran tulang. Umumnya dianggap bermakna jika durasi hantaran udara dua kali lebih lama di bandingkan konduksi tulang.[4,10,13]
Tes Rinne negatif apabila hantaran udara terdengar lebih singkat dibandingkan hantaran tulang. Saat pemeriksa menggeser garpu tala ke meatus auditorius externus, suara tidak terdengar.[4,10,13]
Interpretasi ini didasari sifat hantaran udara yang seharusnya lebih lama dibandingkan hantaran tulang.[3,4,9]
Pemeriksaan Tes Weber
Pemeriksaan tes Weber dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
- Tempelkan garpu tala yang sudah digetarkan pada bagian vertex. Bagian lain yang dapat digunakan antara lain bagian tengah dahi, hidung, dan dagu, yang terpenting adalah memperhatikan lokasi penggetaran agar memiliki jarak yang sama dengan telinga kiri dan kanan
- Getaran akan dihantarkan melalui tulang tengkorak dan koklea
- Tanyakan kepada pasien jika suara terdengar lebih keras di salah satu sisi
Interpretasi Tes Weber:
Tes Weber yang normal menunjukkan suara terdengar di tengah dan terdengar oleh masing–masing telinga secara seimbang.[3,10]
Tabel 2. Interpretasi Tes Rinne dan Weber
Tes | Normal | Tuli Konduktif | Tuli Sensorineural |
Rinne | Hantaran udara lebih panjang daripada hantaran tulang. (Rinne +) | Hantaran tulang lebih panjang daripada hantaran udara. (Rinne –) | Hantaran udara lebih panjang daripada hantaran tulang.(Rinne False Positive) |
Weber | Suara terdengar di tengah | Suara terdengar di telinga sakit | Suara terdengar di telinga sehat |
Sumber: dr, Nicholas, 2020[10]
Setelah identifikasi gangguan pendengaran, seperti tuli konduktif dan tuli sensorineural dapat ditentukan penyebab ketulian tersebut. Pasien dengan gangguan sensorineural dapat memiliki hasil Rinne false negative, karena jika inervasi saraf ke telinga ipsilateral mengalami gangguan maka pasien tidak dapat mendengar apapun baik pada hantaran tulang maupun hantaran udara.
Pasien dapat mendengarkan suara melalui telinga kontralateral dan tidak bisa membedakan sumber suara serta perbedaan hantaran tulang dan udara. Tampak hantaran tulang lebih baik daripada hantaran udara, padahal disebabkan karena hantaran tulang menjalar ke telinga kontralateral.[9,11]
Pada kondisi di fasilitas kesehatan primer tes Rinne dan Weber sudah cukup membantu dokter untuk membedakan tuli konduktif dengan tuli sensorineural yang dapat mengarahkan rujukan pasien.
Kedua pemeriksaan ini juga menjadi alat pembantu audiometri jika pada pemeriksaan audiometri tidak cocok dengan hasil pemeriksaan fisik. Pada pasien dengan tuli konduktif bilateral, pemeriksaan ini dapat membantu operator untuk menentukan telinga mana yang dioperasi terlebih dahulu, di mana telinga yang memiliki kondisi lebih berat akan diutamakan.[9,11]
Follow up
Follow up tes penala (pemeriksaan tajam pendengaran) dilakukan setelah diberikan tata laksana pada penyebab penurunan pendengaran. Beberapa penyakit seperti otitis media dan obstruksi saluran pendengaran bersifat reversible, sedangkan pada presbikusis bersifat ireversibel.
Pemeriksaan tajam pendengaran ulang dapat dilakukan setelah penyebab teratasi. Jika pada tes Rinne dan Weber hasil bersifat inkonklusif, dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan audiometri nada murni.[10–13]
Beberapa penyakit yang mengakibatkan ketulian seperti otitis media, obstruksi serumen, dan otitis externa merupakan kompetensi dokter umum dan dapat ditangani di fasilitas pelayanan tingkat pertama.
Jika telah diberikan tata laksana adekuat, tetapi keluhan belum teratasi, wajib merujuk ke dokter spesialis Telinga Hidung dan Tenggorok (THT). Pada kasus seperti meningitis yang menyebabkan penurunan pendengaran dilakukan rujukan ke dokter spesialis saraf, sedangkan jika didapatkan tumor cerebellopontine dilakukan rujukan ke dokter spesialis bedah saraf.[10–13]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli