Teknik Thoracocentesis
Teknik thoracocentesis (thoracentesis) atau pleural tap dilakukan secara aseptik dan dilakukan dengan anestesi lokal. Sedasi juga dapat diberikan bila diperlukan. Pada thoracocentesis diagnostik yang bertujuan untuk mencari etiologi penyakit, volume cairan yang diaspirasi biasanya hanya sedikit. Namun, volume cairan yang diaspirasi pada thoracocentesis terapeutik biasanya lebih besar.
Persiapan Pasien
Informed consent penting dilakukan sebelum tindakan. Dalam proses informed consent, dokter perlu menjelaskan kepada pasien atau keluarga mengenai kondisi yang dialami, alasan mengapa thoracocentesis dibutuhkan, apa komplikasi thoracocentesis, dan apa risiko bila tindakan tidak dilakukan. Dokter juga dapat menjelaskan langkah prosedur yang akan dilakukan dan alternatif tindakan lain.[6]
Persiapan lain yang juga diperlukan adalah penilaian kelayakan pasien untuk menjalani thoracocentesis. Pemeriksaan laboratorium seperti prothrombin time (pT), international normalized ratio (INR), dan jumlah platelet perlu dilakukan. Pasien dengan defisit koagulasi yang tidak terkoreksi tidak dianjurkan menjalani prosedur. Penggunaan obat pengencer darah juga sebaiknya dihentikan terlebih dahulu selama 5 hari. Hal ini dapat dikecualikan pada kondisi emergensi yang membutuhkan tindakan segera.[4]
Ultrasonografi bedside dapat dilakukan untuk menentukan lokasi thoracocentesis. Hasil studi yang ada menunjukkan bahwa penggunaan USG untuk thoracocentesis dapat mengurangi risiko komplikasi berupa pneumothorax.[1,6]
Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk thoracocentesis antara lain:
- Jarum khusus thoracocentesis yang umumnya berukuran 18 G dengan kateter berukuran 8 F mengelilingi di sekitarnya dan memiliki 3-way stopcock
- Jika tidak ada jarum torakosentesis khusus, siapkan jarum suntik intravena (IV) yang berukuran 18 G dan dihubungkan dengan syringe 60 ml
- Jarum suntik 22 G dan 25 G
- Syringe 5 ml, 10 ml, dan 60 ml
- Set tubing
- Antiseptik atau larutan chlorhexidine
Lidocaine 1% atau 2% sebanyak 10 ml
Specimen vials atau tabung darah
- Kantong drain atau botol vakum
- Duk steril
- Adhesive dressing
- Kassa steril[6]
Posisi Pasien
Pada pasien yang sadar, thoracocentesis dapat dilakukan dalam posisi pasien duduk agak condong ke arah depan. Namun, pada pasien yang tidak sadar atau tidak dapat duduk, tindakan bisa dilakukan dalam posisi pasien berbaring supinasi.[1,6]
Prosedural
Sesuai anatomi tubuh, thoracocentesis sebaiknya dilakukan pada segitiga perbatasan, di mana bagian anterior dibatasi oleh sisi lateral otot pektoralis mayor, bagian lateral dibatasi oleh sisi lateral otot latissimus dorsi, bagian superior dibatasi oleh dasar axilla, dan bagian inferior dibatasi oleh sela iga ke-5. Namun, umumnya penusukan jarum thoracocentesis dilakukan pada linea midaksilaris pada sela iga 6, 7, atau 8.[4]
Prosedur sebaiknya dilakukan dengan panduan USG. Alat USG sebaiknya diletakkan di lokasi tersebut agar dapat melihat jelas efusi pleura yang ada. Pada saat penusukan, pasien diminta untuk menarik dan menahan napas untuk mencegah cedera paru.[3,4]
Langkah-langkah thoracocentesis adalah sebagai berikut:
- Identifikasi ada tidaknya kelainan kulit di sekitar lokasi tusukan. Thoracocentesis tidak dapat dilakukan apabila ada kelainan kulit di lokasi tusukan.
- Lakukan tindakan aseptik terlebih dahulu. Lokasi tusukan dapat dibersihkan dengan larutan antiseptik atau chlorhexidine.
- Letakkan duk steril di sekitar lokasi tusukan dan handuk di tempat pasien duduk.
- Agen anestesi lokal (lidocaine) diberikan hingga menginfiltrasi kulit, jaringan subkutan, periosteum iga, otot interkostal, dan pleura parietal. Dokter juga dapat melakukan aspirasi untuk melihat cairan pleura dan mengonfirmasi posisi jarum.
- Sedasi minimal juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa cemas pasien.
- Tusukkan jarum menembus kulit hingga rongga pleura. Jarum ditusukkan pada sisi superior tulang iga karena bagian inferior tulang iga menempel dengan jaringan neurovaskular.
- Jarum ditusukkan sedalam ±5 cm. Jangan lupa menyambungkan bagian ujung jarum yang berada di luar tubuh pasien dengan syringe atau botol vakum untuk mengaspirasi cairan.
- Aspirasi disarankan tidak melebihi 1.5 liter cairan pada sekali pungsi
- Jika sudah selesai, jarum dikeluarkan secara perlahan lalu luka ditutup dengan kassa steril dan perban[6]
Follow Up
Follow up dengan rontgen toraks rutin tidak disarankan karena komplikasi seperti kasus pneumothorax biasanya sudah dapat teridentifikasi dengan baik lewat USG.[6]
Pasien sebaiknya diobservasi selama minimal 48 jam untuk memastikan tanda-tanda vital baik setelah thoracocentesis. Apabila terjadi perubahan keadaan umum dan tanda vital, identifikasi komplikasi yang mungkin terjadi akibat thoracocentesis, misalnya pneumothorax, edema paru, atau hemothorax. Obat antinyeri dan antibiotik dapat diberikan jika ada indikasi. Hindari antiplatelet dan antikoagulan.[7,8]