Hiperurisemia diduga berhubungan dengan peningkatan risiko demensia. Hal ini diduga terjadi karena sifat paradoks asam urat yang beraksi sebagai antioksidan di plasma darah tetapi justru beraksi sebagai oksidan di bagian intrasel. Aksi oksidan ini dapat menyebabkan stres oksidatif yang mengganggu kesehatan vaskular otak dan membuat seseorang lebih berisiko mengalami demensia.[1,2]
European League Against Rheumatism dan American College of Rheumatology telah merekomendasikan untuk menjaga kadar asam urat serum di bawah 360 μmol/L atau di bawah 300 μmol/L untuk kasus tertentu. Namun, rekomendasi ini lebih berkaitan dengan manajemen gout. Rekomendasi terkait risiko demensia belum jelas karena hasil studi yang ada masih sangat bervariasi.[1,3]
Menurut beberapa studi, asam urat merupakan antioksidan yang dapat menghambat stres oksidatif dan menghasilkan efek neuroprotektif. Penurunan asam urat diduga dapat meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif seperti penyakit Parkinson atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS).[1]
Akan tetapi, beberapa studi lain yang mempelajari gangguan kognitif dan demensia justru menemukan bahwa peningkatan kadar asam urat meningkatkan risiko gangguan kognitif dan demensia. Menurut studi-studi ini, asam urat justru berkaitan dengan risiko patologi vaskular di otak karena aksinya yang menimbulkan stres oksidatif.[4-9]
Kebanyakan studi mengenai hubungan antara kadar asam urat serum dan demensia juga masih tidak konklusif karena menggunakan metode cross-sectional dan memiliki risiko bias yang tinggi.[4-9]
Bukti yang Tidak Mendukung Hubungan Hiperurisemia dan Risiko Demensia
Suatu studi di Rotterdam pada tahun 2009 melaporkan bahwa hiperurisemia justru menurunkan risiko demensia dan meningkatkan kemampuan kognitif. Namun, studi ini dianalisis dengan melakukan penyesuaian terhadap risiko kardiovaskular. Padahal, mekanisme terjadinya demensia akibat hiperurisemia berhubungan erat dengan proses vaskular.[1,8]
Bukti yang Mendukung Adanya Hubungan Hiperurisemia dan Risiko Demensia
Menurut beberapa studi, kadar asam urat yang tinggi (>6 mg/dL untuk laki-laki dan >5 mg/dL untuk perempuan) dapat menimbulkan perubahan vaskular otak yang berujung pada demensia. Jauh sebelum gejala demensia muncul, perubahan pada otak bahkan sudah terjadi secara perlahan dan asimtomatik.[1]
Proses patologis tersebut berjalan pelan dalam bertahun-tahun, sehingga perubahan vaskular otak mungkin hanya dapat dilihat melalui MRI. Contohnya adalah gambaran MRI berupa atrofi hipokampus atau atrofi substansia alba yang ditandai dengan “white matter hyperintensities” (WMH), yang merupakan prediktor kuat kelainan kognitif.[1]
Studi tahun 2010 oleh Latourte, et al. yang meneliti 1.924 hasil MRI otak pasien dalam jangka waktu 12 tahun melaporkan adanya peningkatan risiko demensia pada orang berusia ≥65 tahun yang mengalami hiperurisemia.[10]
Menurut studi Latourte, et al. tersebut, hiperurisemia meningkatkan risiko demensia jenis vaskular atau campuran, tetapi tidak meningkatkan risiko demensia Alzheimer yang disebabkan oleh proses neurodegeneratif, bukan vaskular. Temuan ini mungkin menjelaskan alasan tidak ditemukannya hubungan antara hiperurisemia dan kenaikan risiko demensia pada studi Rotterdam 2009.[1,10]
Studi cross-sectional berikutnya di tahun 2013 oleh Verhaaren, et al. yang merupakan lanjutan dari penelitian Rotterdam juga mendukung hubungan antara hiperurisemia dan tingkat kognitif yang lebih buruk, serta adanya WMH pada pemeriksaan MRI.[11]
Namun, beberapa studi menemukan bahwa subjek dengan gout (dianggap sebagai populasi dengan tingkat asam urat yang sangat tinggi) ternyata memang sudah memiliki komorbid kardiovaskular lebih banyak dan menunjukkan kondisi patologis vaskular. Hubungan antara hiperurisemia dan WMH ternyata menjadi kurang signifikan ketika subjek dengan gout dieksklusi dari analisis.[1,12-14]
Kesimpulan
Hiperurisemia mungkin meningkatkan risiko terjadinya demensia jenis vaskular atau campuran, tetapi tidak meningkatkan risiko demensia Alzheimer. Asam urat berlebih dapat menginduksi patologi intravaskular (termasuk di otak), sehingga menimbulkan atrofi substansia alba yang ditandai dengan adanya WMH pada MRI dan menyebabkan demensia.
Namun, hiperurisemia juga berhubungan dengan naiknya risiko penyakit kardiovaskular yang merupakan faktor risiko demensia vaskular. Demensia mungkin saja terjadi karena penyakit-penyakit kardiovaskular tersebut dan bukan karena hiperurisemia itu sendiri. Studi yang lebih lanjut masih diperlukan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan kausalitas (sebab-akibat) antara hiperurisemia dan demensia.
Berdasarkan bukti yang ada saat ini, dokter dapat mengusahakan penurunan kadar asam urat ke tingkat normal pada pasien yang berisiko mengalami demensia vaskular. Aktivitas fisik dan pengurangan gaya hidup sedenter juga dapat dianjurkan karena dilaporkan bermanfaat untuk mencegah atrofi otak.
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur