Diet pada orang dengan penyakit ginjal kronis (PGK) perlu disesuaikan untuk menghindari malnutrisi dan mencegah progresivitas PGK, dengan cara mengatur kebutuhan metabolik dan cairan. Intervensi diet pada PGK yang dapat dilakukan adalah intervensi asupan protein, natrium dan cairan, kalium, fosfor, kalsium, vitamin D, karbohidrat, lemak dan makanan yang mempengaruhi asam dan basa.
Protein
Jumlah protein yang dikonsumsi perlu dijaga untuk kesehatan ginjal. Asupan protein yang terlalu tinggi dapat memperparahĀ penyakit ginjal kronis (PGK)Ā dan menyebabkan sindrom uremia, sementara restriksi protein yang berlebihan dapat memicu terjadinya malnutrisi.[1]
Rekomendasi asupan protein pada PGKĀ stageĀ 3ā5 tanpa dialisis dan tidak memiliki diabetes adalah 0,55ā0,6 g/kg BB/hari. Pada pasien PGKĀ stageĀ 3ā5 tanpa dialisis tetapi memilikiĀ diabetes, rekomendasi asupan protein sebesar 0,6ā0,8 g/kg BB/hari.[1]
Pada PGK dengan dialisis, konsumsi protein disarankan lebih tinggi karena pada proses dialisis dapat terjadi penarikan asam amino, peptida, dan protein. Pada PGK dengan dialisis, baik disertai atau tanpa diabetes, anjuran asupan protein adalah 1,0ā1,2 g/kg BB/hari. Pada pasien dengan risiko tinggiĀ hipoglikemia, asupan protein yang lebih tinggi dapat dipertimbangkan untuk menjaga kadar gula darah.[1ā3].
Pengaruh Protein Terhadap Tekanan Intraglomerulus
Diet tinggi protein akan menyebabkan dilatasi arteriol aferen ginjal, sehingga mengakibatkan hiperfiltrasi glomerulus. Sebaliknya, diet rendah protein akan menyebabkan konstriksi arteriol aferen dan dilatasi arteriol eferen ginjal sehingga menurunkan tekanan intraglomerulus.[2]
Pengaruh Protein Terhadap Gangguan Ureum
Sindrom uremia terjadi karena tingginya ureum darah akibat gangguan ginjal. Racun ureum terdiri dari senyawa-senyawa yang terikat protein dan molekul larut air dengan berat molekul rendahāsedang yang sebagian besar diturunkan dari pemecahan protein.[4]
Natrium dan Cairan
Diet natrium ditujukan untuk pengaturan restriksi cairan dan menurunkan risiko hipertensi yang berujung pada berkurangnya risiko kardiovaskular. Rekomendasi asupan natrium adalah <2,3 gram/hari atau <100 mmol/hari.[1]
Dalam sebuahĀ randomized clinical trialĀ (RCT) tahun 2013 pada PGK stadium 3 dan 4 dengan hipertensi, ditemukan bahwa restriksi natrium dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 10 dan 4 mmHg dalam 24 jam. Dalam studi ini, responden dibagi menjadi kelompok tinggi garam, dengan total pemasukan natrium 180ā200 mmol, dan rendah garam, dengan total pemasukan natrium 60ā80 mmol.[5]
Selain itu, restriksi natrium juga dapat menurunkan volume cairan ekstraseluler, albuminuria dan proteinuria. Penurunan proteinuria dan albuminuria yang terjadi, tidak terikat dengan perubahan tekanan darah.[5]
Hasil serupa didapatkan sebuah RCT oleh Humalda,Ā et al. pada tahun 2019 dilakukan selama 3 bulan. Intervensi yang dilakukan berupa edukasi mengenai pola makan. Pada kelompok intervensi, didapatkan penurunan konsumsi natrium sebesar 40 mmol/hari dan penurunan tekanan darah sistolik sebanyak 8 mmHg.[6]
Batasan pemasukan cairan yang direkomendasikan pada PGK stadium 3 adalah maksimal 1,5 liter per hari untuk mencegah terjadinyaĀ hiponatremia. Jumlah ini perlu disesuaikan keadaan, misalnya cuaca yang panas, atau kondisi-kondisi lain yang meningkatkan kehilangan cairan.[2]
Pasien PGKĀ stageĀ akhir, pasien sering mengalami kelebihan cairan, yang dapat menyebabkanĀ hipertensi,Ā gagal jantungĀ kongestif,Ā left ventricular hypertrophyĀ (LVH), dan edema. Pemberian diuretik, misalnyaĀ furosemide, dapat membantu mengatasi kondisi-kondisi di atas. Namun, diuretik juga bisa mempercepat progresivitas dari PGK dan meningkatkan risiko perlunya dilakukanĀ transplantasi ginjal. Untuk itu, pemantauan asupan cairan pasien PGK perlu dilakukan.[7]
Kalium
Kadar kalium dalam darah harus tetap dijaga dalam rentang normal karena kelebihan atau kekurangan kalium dalam darah berhubungan dengan perburukan penyakit ginjal yang lebih cepat. KondisiĀ hiperkalemiaĀ danĀ hipokalemiaĀ juga dapat menyebabkan gangguan jantung.[2,8]
Pada pasien yang berisiko mengalami hiperkalemia, yaitu kadar kalium dalam darah di atas 5,5 mmol/L, maka dianjurkan untuk membatasi asupan kalium menjadi sebesar 4 gram/hari atau <77 mmol/hari.[2]
Beberapa contoh makanan tinggi kalium, antara lain pisang, alpukat, mangga, pepaya, brokoli, kacang-kacangan, kentang, dan biji-bijian. Makanan-makanan tersebut sebetulnya merupakan makanan yang kaya serat pangan dan menyehatkan. Oleh karena itu, pembatasan asupan kalium perlu dilakukan secara berhati-hati, dan tetap mengonsumsi diet gizi seimbang, dengan konsumsi sayur dan buah yang cukup.[2,9]
Fosfor
Fosfor banyak terkandung pada makanan berprotein dan zat-zat aditif. Diet rendah protein yang diberikan untuk pasien PGK juga membuat asupan fosfor berkurang. Hal ini bergantung dari rasio fosfor-protein pada makanan tertentu.[10]
Tingginya fosfor dalam bentuk fosfat, dapat membuat hiperfosfatemia dan merupakan salah satu komplikasi dari PGK akibat dari berkurangnya fungsi ginjal mengekskresikan kelebihan fosfat. Hiperfosfatemia dapat menyebabkan komplikasi seperti kalsifikasi pembuluh darah, katup jantung, dan miokardium.[10]
Pada pasien PGK mulai dari stadium awal hingga pada perawatan dengan dialisis, asupan fosfor yang dianjurkan adalah <800 mg/hari. Pemberian pengikat fosfat juga dipertimbangkan, terutama pada pasien PGK yang menjalani dialisis.[2]
Konsumsi makanan olahan dengan rasio fosfor-protein yang tinggi juga perlu dibatasi. Beberapa contoh makanan tinggi fosfor yang perlu dihindari adalah makanan siap saji, minuman kaleng, keju, kerang, ikan sarden, telur ikan, jeroan, dan zat-zat aditif makanan.[2,9]
Kalsium dan Vitamin D
PGK menyebabkan penurunan kadar 1,25-dihidroksivitamin D, yang mengakibatkan menurunnya penyerapan kalsium di usus. Namun, difusi pasif, penurunan ekskresi kalsium di ginjal dan pelepasan kalsium dari tulang akibat hiperparatiroidisme sekunder pada PGK dapat berujung pada peningkatan kadar kalsium darah. Salah satu komplikasi yang diakibatkan hiperkalsemia adalah kalsifikasi pembuluh darah.[2]
Rekomendasi pemberian kalsium pada PGKĀ stageĀ 3ā4 yang tidak mengonsumsi analog vitamin D adalah 800ā1000 mg/hari kalsium elemental, termasuk diantaranya kalsium dari makanan sumber, suplemen kalsium, dan pengikat fosfor berbasis kalsium. Pada PGKĀ stageĀ 5, asupan kalsium mungkin perlu dikurangi, dengan mempertimbangkan pemakaian analog vitamin D danĀ calcimimetics, untuk mencegah hiperkalsemia.[1]
Pada sebuah studi literatur, ditemukan bahwa pemberian vitamin D pada dosis terapeutik berdampak pada perubahan biokimia yaitu peningkatan serum 25(OH)D dan penurunan kadar hormon paratiroid (PTH) secara signifikan. Tidak terjadi perubahan signifikan pada hiperkalsemia dan hiperfosfatemia. Jadi, pemberian suplemen vitamin D mungkin diperlukan sebagai terapi tambahan pada gangguanĀ hiperparatiroidĀ pada PGK.[10]
Jumlah Kalori, Karbohidrat dan Lemak
Jumlah asupan energi setiap harinya direkomendasikan sebesar 30ā35 kkal/kg BB untuk menghindariĀ wastingĀ dan menjaga balans nitrogen. Pada pasien PGK yang diberikan diet rendah protein, karbohidrat dan lemak harus dapat memenuhi 90% kebutuhan kalori setiap harinya.
Pemilihan karbohidrat yang baik untuk PGK adalah karbohidrat tidak banyak diolah (unrefined), karena tinggi kandungan seratnya, misalnya roti gandum danĀ brown rice. Kandungan serat yang tinggi dapat mengurangiĀ konstipasiĀ dan menurunkan asupan fosfor dan urea sehingga menurunkan produksi urea dan kreatinin. Untuk jenis lemak sebaiknya memiliki lemak tidak jenuh, seperti minyak zaitun.[2]
Pengaruh Asam Basa dari Asupan Makanan
Keseimbangan asam dan basa difokuskan padaĀ net endogenous acid productionĀ (NEAP). Pada konsumsi protein hewani, banyak terdapat sulfur sehingga membentuk asam sulfur, sedangkan metabolisme asam organik dari konsumsi protein nabati dapat memproduksi bikarbonat.[10]
Peningkatan asam dari makanan sumber dihubungkan dengan terjadinya hiperfiltrasi glomerular. Asidosis metabolik diketahui berhubungan dengan perburukan penyakit ginjal dan meningkatkan risiko mortalitas. Oleh karena itu, diet rendah daging merah dan tinggi sayur dan buah direkomendasikan pada PGK, karena dapat menurunkan NEAP.[2,10]
Kesimpulan
Orang dengan penyakit ginjal kronis (PGK) perlu mendapatkan pengaturan diet untuk mencegah perburukan penyakit. Pembatasan protein berguna untuk menurunkan tekanan intraglomerulus dan mencegah sindrom uremia. Kebutuhan energi harus dicukupkan dari karbohidratĀ unrefinedĀ yang kaya serat pangan, dan lemak, terutama lemak tidak jenuh. Diet yang rendah daging merah, serta tinggi sayur dan buah disarankan untuk pasien PGK.
Pada PGKĀ stageĀ lanjut, pembatasan mineral, seperti kalium, natrium, dan fosfor, mungkin juga diperlukan untuk menjaga keseimbangannya dalam darah. Perlu diingat, kadar mineral yang terlalu rendah ataupun terlalu tinggi dalam tubuh dapat membahayakan kesehatan. Oleh sebab itu, pembatasan mineral perlu dilakukan dengan berhati-hati, sambil tetap mengikuti pedoman pola makan gizi seimbang.
Ā
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra