Indikasi dan Dosis Petidin
Indikasi petidin adalah untuk manajemen nyeri derajat sedang-berat, misalnya akibat persalinan, pankreatitis atau kolelitiasis. Obat ini juga bisa digunakan sebagai analgesik pre dan post operatif, serta terapi adjuvan anestesi. Petidin tidak digunakan sebagai terapi lini pertama dan tidak untuk terapi nyeri kronik karena peningkatan risiko toksisitas sistem saraf pusat dan adiksi.
Dosis petidin harus disesuaikan dengan tingkat keparahan nyeri dan respon pasien. Petidin kurang efektif secara oral dibandingkan parenteral. Dosis petidin perlu dikurangi secara proporsional (sekitar 25-50%) saat diberikan bersama fenotiazin dan sedatif lain karena dapat terjadi potensiasi efek obat.[1-6]
Nyeri Akut
Petidin dapat digunakan untuk mengatasi nyeri derajat sedang hingga berat yang bersifat akut. Contoh kasus medis yang bisa membutuhkan petidin adalah kolik renal akibat urolithiasis, nyeri pada kasus trauma muskuloskeletal, dan kolik bilier akibat kolelitiasis.
Dosis petidin untuk mengatasi nyeri akut adalah sebagai berikut:
- Dewasa: 50-150 mg, dapat diberikan per oral, intramuskular, atau subkutan, setiap 3-4 jam sesuai kebutuhan
- Anak: 1 mg/kg hingga 1,8 mg/kg dapat diberikan per oral, intramuskular, atau subkutan, setiap 3-4 jam sesuai kebutuhan. Setiap pemberian tidak melebihi 100 mg [8]
Nyeri Persalinan
Untuk mengatasi nyeri selama persalinan, petidin dapat digunakan dalam dosis 50-100 mg intramuskular atau subkutan, setiap 1-3 jam sesuai kebutuhan.[8]
Analgesik Preoperatif
Sebagai analgesik preoperatif, petidin dapat digunakan dalam dosis 50-150 mg intramuskular atau subkutan, diberikan 30-90 menit sebelum tindakan.
Pada anak, dosis yang dapat diberikan adalah 1,2 mg/kg hingga 2,2 mg/kg intramuskular atau subkutan, diberikan 30-90 menit sebelum tindakan.[8,15]
Terapi Adjuvan Anestesi
Jika digunakan sebagai terapi adjuvan anestesi, petidin dapat digunakan dalam dosis 10-25 mg, diberikan intravena injeksi lambat.[15]
Modifikasi Dosis
Hindari penggunaan petidin pada pasien dengan gangguan ginjal. Pada pasien dengan gangguan hepar, gunakan dosis inisial yang lebih rendah. Perhatikan bahwa pasien dengan sirosis dapat mengalami peningkatan efek opioid.[10]
Geriatri dan Pediatri
Petidin diidentifikasi sebagai obat berisiko tinggi yang harus dihindari pada pasien di atas 65 tahun, terlepas dari kondisi atau diagnosis mereka. Menurut Kriteria Beers, penggunaan petidin pada pasien geriatri memiliki risiko neurotoksisitas dan delirium yang lebih tinggi, dibandingkan dengan opioid lainnya.
Demikian juga, untuk populasi anak-anak, petidin harus digunakan dengan hati-hati pada pasien yang lebih muda 18 tahun dan dihindari sama sekali pada neonatus, karena risiko depresi pernapasan.[19,20,21]
Penulisan pertama oleh: dr. Junita br Tarigan