Efek Samping dan Interaksi Obat Sufentanil
Sufentanil dapat menimbulkan efek samping seperti bradikardia, hipertensi, dan pruritus. Sufentanil berinteraksi dengan berbagai obat, seperti benzodiazepine, beta blocker, dan calcium channel blocker.
Efek Samping
Pemberian sufentanil injeksi dapat menimbulkan efek samping, seperti depresi napas dan kekakuan otot rangka, terutama pada bagian batang tubuh, leher, dan ektremitas. Efek samping tersebut dijumpai pada pemberian secara intravena dan tidak ditemukan pada pemberian secara epidural.
Efek samping lainnya yang dapat dijumpai adalah aritmia, reaksi anafilaksis, retensi urin dan hipotensi. Retensi urin lebih sering ditemukan pada penggunaan secara epidural, sedangkan hipotensi lebih banyak terjadi pada pemberian secara intravena.
Efek samping sufentanil injeksi dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar berdasarkan angka insidens, yaitu angka insidens lebih dari 1% dan kurang dari 1%. [5]
Tabel 1. Efek Samping Sufentanil Injeksi Berdasarkan Angka Insidens
Sistem | Efek Samping dengan Insidens >1% | Efek Samping dengan Insidens <1% |
Kardiovaskular |
|
|
Muskoskeletal | Kekakuan otot dada | Kekakuan otot leher dan ekstremitas |
Sistem saraf pusat | Somnolen | Menggigil |
Kulit | Pruritus | Eritema |
Gastrointestinal | Mual dan muntah | |
Respirasi |
| |
Lainnya |
|
Interaksi Obat
Penggunaan sufentanil dengan obat lain dapat meningkatkan risiko depresi napas, menurunkan mean arterial pressure (MAP), atau meningkatkan risiko bradikardia dan hipotensi.
Meningkatkan Risiko Depresi Napas
Interaksi obat sufentanil dapat meningkatkan risiko depresi napas, serta memperpanjang durasi efek kardiovaskular dan sistem saraf pusat jika digunakan bersamaan dengan :
- Gas anestesi inhalan
- Barbiturat
- Transquilizer
- Opioid lainnya
Penurunan Mean Arterial Pressure
Sufentanil dapat menyebabkan penurunan mean arterial pressure (MAP) dan resistensi vaskular sistemik jika digunakan bersama benzodiazepin.
Meningkatkan Risiko Bradikardia dan Hipotensi
Penggunaan sufentanil dapat meningkatkan risiko bradikardia dan hipotensi jika digunakan bersama calcium channel blocker (seperti diltiazem) dan beta blocker (seperti propranolol). [14]