Farmakologi Indomethacin
Farmakologi indomethacin adalah sebagai obat analgesik turunan indol sintetis dengan aktivitas antiinflamasi dan sifat kemopreventif. Sebagai obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), indomethacin menghambat enzim siklooksigenase (COX), sehingga mencegah pembentukan adisi DNA yang dimediasi siklooksigenase oleh amina aromatik heterosiklik.
Indomethacin juga dapat menghambat ekspresi multidrug-resistant protein tipe 1, menghasilkan peningkatan khasiat beberapa agen antineoplastik dalam mengobati tumor yang resisten terhadap multiobat.[5]
Farmakodinamik
Indomethacin adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dengan efek antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Indomethacin adalah turunan asam indol-asetat dengan nama kimia 1-(p-chlorobenzoyl)25-methoxy-2-methylindole-3-acetic acid.
Efek farmakologi indomethacin belum sepenuhnya dipahami, namun diperkirakan terjadi melalui penghambatan enzim siklooksigenase (COX) yang poten dan nonselektif. COX merupakan enzim utama yang bertanggung jawab mengkatalisis biosintesis prostaglandin dan tromboksan melalui jalur asam arakidonat.[1,5]
Indomethacin dapat menghambat ekspresi multidrug-resistant protein tipe 1, sehingga meningkatkan khasiat beberapa agen antineoplastik dalam mengobati tumor yang multiresisten. Selain itu, indomethacin mengaktivasi fosfatase yang menghambat migrasi dan proliferasi sel kanker, serta dapat menyebabkan apoptosis sel tumor. Indomethacin kemungkinan dapat bertindak sebagai coadjuvan dalam terapi kanker kolon.[5]
Farmakokinetik
Indomethacin menampilkan profil farmakokinetik linier, yaitu konsentrasi plasma dan area under the curve (AUC) bersifat proporsional dengan dosis, sedangkan waktu paruh (T1/2) dan klirens plasma dan ginjal bersifat dose-dependant.[5]
Absorpsi
indomethacin secara cepat diabsorpsi di saluran gastrointestinal. Bioavailabilitas agen ini mencapai 100% dengan konsumsi per oral, dimana 90% absorpsi terjadi dalam waktu 4 jam. Bioavailabilitas indomethacin yang diberikan per rektal sekitar 80-90%.[1,3,5]
Setelah pemberian dosis tunggal secara oral, konsentrasi puncak plasma didapatkan antara 0,9 ± 0,4 dan 1,5 ± 0,8 jam pada keadaan puasa. Walaupun terdapat variasi antar subjek, konsentrasi puncak plasma akan berbanding dengan dosis dan memiliki rerata 1,54 ± 0,76 μg/mL pada pemberian dosis tunggal 25 mg; 2,65 ± 1,03 μg/mL pada pemberian dosis tunggal 50 mg; dan 4,92 ± 1,88 μg/mL pada pemberian dosis tunggal 75 mg.[5]
Metabolisme
Indomethacin dimetabolisme di hepar menjadi konjugat glukuronidanya dan menjadi metabolit desmetil, desbenzoil, dan desmetil-desbenzoil. Metabolit ini diduga tidak memiliki aktivitas antiinflamasi. Sebagian obat juga mengalami deasilasi oleh sistem nonmikrosom.[5]
Distribusi
Sekitar 99% indomethacin terikat dengan protein plasma. Indomethacin ditemukan melintasi sawar darah-otak dan plasenta.[1]
Eliminasi
Indomethacin diekskresikan melalui ginjal, metabolisme, dan ekskresi bilier. Klirens plasma indomethacin dilaporkan berkisar 1 hingga 2,5 mL/kg/menit setelah pemberian oral.
Sekitar 60% dari dosis oral ditemukan dalam urine sebagai obat dan metabolit (26% sebagai indomethacin dan glukuronidanya), serta 33% ditemukan dalam tinja.[1,5]