Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Halothane
Penggunaan halothane pada kehamilan, masuk ke dalam kategori C oleh FDA, sedangkan TGA kategori A. Halothane harus digunakan hanya apabila manfaat penggunaan lebih besar dibandingkan risikonya. Belum diketahui apakah halothane diekskresikan melalui ASI, tetapi terdapat rekomendasi untuk membuang ASI hingga 2 hari setelah tindakan anestesi.
Penggunaan pada Kehamilan
Menurut FDA, beberapa studi menunjukkan halothane bersifat teratogenik, embriotoksik, dan fetotoksik pada hewan percobaan, tetapi belum ada penelitian tersendiri pada wanita hamil.
Sedangkan TGA menyatakan halothane telah digunakan oleh sejumlah besar wanita hamil dan wanita usia subur tanpa adanya peningkatan malformasi atau efek berbahaya lainnya pada janin. Karena itu, penggunaan halothane pada wanita hamil hanya bila manfaat lebih besar dibandingkan risikonya pada janin.[3,13]
Halothane diketahui memiliki efek menurunkan tonus otot uterus, sehingga dapat meningkatkan risiko perdarahan postpartum.[3,8]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Halothane belum diketahui pasti diekskresikan melalui ASI, tetapi penggunaannya pada ibu menyusui harus dilakukan secara hati–hati. Terdapat beberapa rekomendasi penggunaan halothane untuk ibu menyusui, mulai dari membuang ASI pertama setelah pemulihan hingga membuang ASI 24–48 jam setelah operasi. Belum ada data mengenai kadar halothane pada ASI wanita yang menjalani anestesi, maupun efek halothane terhadap bayi dan laktasi.[3,8]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli