Farmakologi Thiopental
Farmakologi thiopental sodium atau pentotal bekerja pada sistem saraf pusat dengan berikatan pada ion klorida dari reseptor neurotransmitter gamma-aminobutyric acid (GABA). Proses ini akan meningkatkan kinerja GABA yang merupakan inhibitory neurotransmitter pada sistem saraf pusat.[1]
Farmakodinamik
Thiopental menurunkan eksitabilitas neurotransmitter baik pada membran presinaps dan postsinaps. Obat ini akan mempengaruhi sistem saraf, kardiovaskular, dan respirasi.
Saraf
Thiopental memiliki efek dose dependent pada depresi sistem saraf pusat. Thiopental memberikan efek vasokonstriksi pada sirkulasi saraf pusat, sehingga dapat menurunkan volume aliran darah otak. Kondisi ini akan menyebabkan penurunan intracranial pressure (ICP).[3,7]
Kardiovaskular
Efek thiopental terhadap tekanan darah sangat bervariasi. Pemberian thiopental dapat menyebabkan hipovolemia pada individu dengan mekanisme homeostatik yang tidak baik. Thiopental juga menyebabkan volume darah intratorakal menurun, akibat vasodilatasi. Kondisi ini dapat menurunkan venous return ke atrium kanan.
Cardiac output dan tekanan darah arteri dapat turun secara drastis. Namun, efek kardiovaskular ini sangat dipengaruhi status kardiovaskuler pasien dan riwayat penyakit kardiovaskuler sebelumnya. Administrasi obat secara perlahan dan loading cairan preoperasi akan mengurangi efek samping kardiovaskuler tersebut.[3,7]
Respirasi
Administrasi thiopental menyebabkan depresi napas dan apnea, yang dipengaruhi oleh dosis dan rute pemberian. Respons penurunan ventilasi ini akan berujung pada kondisi hiperkapnia dan hipoksia. Prosedur sedasi dengan thiopental dapat menyebabkan obstruksi jalan napas dan henti napas.
Spasme bronkus akibat induksi thiopental berhubungan dengan stimulasi kolinergik, pelepasan histamin, atau stimulasi secara langsung terhadap otot halus dan bronkus.[2,7,8,9]
Farmakokinetik
Thiopental dimetabolisme utama di hati, obat ini mengalami oksidasi, N-dealkilasi, desulfurisasi dan destruksi dari cincin asam barbiturat. Thiopental dikontraindikasikan terhadap pasien yang mengalami porfiria karena obat ini meningkatkan produksi porfirin melalui stimulasi asam aminolevulinic sintetase.[7]
Absorbsi
Onset thiopental sangat cepat, dengan dosis yang sesuai, thiopental akan menyebabkan pasien mengalami hipnosis dalam waktu 10–40 detik, dengan efek maksimal sekitar 1 menit dan durasi anestesi bertahan 5‒8 menit.[1,3]
Distribusi
Thiopental merupakan obat yang larut di dalam lemak, sehingga obat ini dengan cepat masuk dan keluar jaringan yang banyak mengandung pembuluh darah. Obat ini kemudian secara cepat mengalami redistribusi menuju organ yang memiliki perfusi baik, seperti otak dan organ visera. Sementara, pada organ dengan perfusi kurang seperti otot dan lemak, uptake obat ini lebih lambat.[1,3]
Metabolisme
Thiopental dimetabolisme terutama di hepar, dan hanya sebagian kecil thiopental akan dikeluarkan lewat urin tanpa mengalami perubahan. Thiopental akan mengalami desulfurisasi membentuk metabolit aktifnya yakni fentobarbital. Baik thiopental maupun pentobarbital, akan mengalami oksidasi dan hidroksilasi untuk membentuk metabolit asam karboksilat dan alkohol.[1,3]
Eliminasi
Thiopental akan dikeluarkan melalui urin sebagai metabolit inaktif. Total klirens tubuh terhadap obat thiopental dilaporkan 1,96‒4,3 mg/mL/kgBB pada orang dewasa sehat. Waktu paruh eliminasi thiopental berkisar 5‒22 jam pada orang dewasa.[1,3]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini