Efek Samping dan Interaksi Obat Chloroquine
Efek samping chloroquine, atau klorokuin, berupa gangguan penglihatan, tinnitus, neuromiopati, mual, muntah, diare, gangguan liver, gangguan kulit, sakit kepala hingga kejang, hipotensi, serta gangguan jantung dan darah lainnya. Interaksi chloroquine dengan obat lain dapat mengganggu absorpsi dan metabolisme obat, bahkan dapat meningkatkan efek samping, sehingga harus dihindari pemberian chloroquine dengan antasida, kaolin, simetidin, ampisilin, siklosporin, dan mefloquin.
Efek Samping
Efek yang tidak diinginkan dari penggunaan chloroquine bisa terjadi pada berbagai organ, yaitu:
- Mata: Retinopati dan degenerasi makula dilaporkan terjadi dan bersifat ireversibel, biasanya terjadi pada pasien yang mendapat terapi 4-aminoquinolin jangka panjang dan dosis tinggi. Gangguan mata lainnya bisa berupa gangguan penglihatan (penglihatan kabur dan kesulitan akomodasi), niktalopia, gangguan lapang pandang, dan kekeruhan kornea yang bersifat reversibel
- Auditorik: Tinitus disertai berkurangnya pendengaran, biasa terjadi pada pasien yang mengalami kerusakan auditorik sebelumnya
- Muskuloskeletal: Miopati atau neuromiopati yang menyebabkan kelemahan progresif dan atropi kelompok otot proksimal, yang bisa dihubungkan dengan perubahan sensori ringan, depresi refleks tendon, dan konduksi saraf yang abnormal
- Gastrointestinal: Hepatitis, peningkatan enzim hati, anoreksia, mual, muntah, diare, dan kram perut
- Kulit: Eritema multiforme, sindrom Steven-Johnson, toxic epidermal necrolysis, dan dermatitis eksfoliatif. Erupsi kulit pleomorfik, perubahan pigmentasi dan mukosa kulit, pruritus, urtikaria, reaksi anafilaktoid termasuk angioedema, fotosensitivitas, dan rambut rontok
- Hematologi: Pansitopenia, anemia aplastik, agranulositosis reversibel, trombositopenia, dan neutropenia
- Sistem saraf: Kejang, sakit kepala ringan, polineuritis, gangguan ekstrapiramidal akut (distonia, diskinesia, protrusi lidah, dan tortikolis). Perubahan neuropsikiatri seperti psikosis, delirium, cemas, agitasi, insomnia, bingung, halusinasi, perubahan kepribadian, dan depresi
- Kardiak: Hipotensi, perubahan elektrokardiogram (inversi atau depresi gelombang T dengan pelebaran kompleks QRS), dan kardiomiopati[1,10,12]
Interaksi Obat
Terdapat beberapa interaksi antara chloroquine dengan obat lain, di antaranya:
Antasida dan kaolin: dapat mengurangi absorpsi chloroquine, sebaiknya diberikan interval selama 4 jam antara pemberian chloroquine dengan obat-obat tersebut
Digoxin: Penggunaan chloroquine bersamaan dengan digoxin dapat meningkatkan kadar digoxin plasma hingga 4 kali lipat, sehingga diperlukan monitoring yang ketat
Cimetidine: dapat menghambat metabolisme chloroquine sehingga meningkatkan kadar chloroquine di plasma. Penggunaan chloroquine bersamaan dengan cimetidine sebaiknya dihindari
Ampisilin: penelitian yang melibatkan sukarelawan sehat, chloroquine secara signifikan dapat mengurangi bioavailabilitas ampisilin. Sebaiknya diberikan interval minimal 2 jam antara pemberian chloroquine dan ampisilin
Siklosporin: pemberian chloroquine dilaporkan dapat meningkatkan kadar siklosporin. Monitoring ketat kadar siklosporin serum direkomendasikan dan jika diperlukan chloroquine harus dihentikan
- Mefloquine: dapat meningkatkan risiko kejang[1,10,12]