Pengawasan Klinis Dicloxacillin
Pengawasan klinis dicloxacillin terkait efek samping obat, seperti risiko Clostridium difficile-associated diarrhoea (CDAD). Dicloxacillin sebaiknya tidak diberikan pada riwayat hipersensitivitas terhadap komponen obat, dan diperhatikan penggunaannya pada konsumsi bersamaan dengan antikoagulan seperti warfarin, karena meningkatkan risiko perdarahan.[3,5]
Reaksi Anafilaksis
Untuk memantau efek samping fatal berupa anafilaksis, diperlukan pemantauan manifestasi klinis alergi seperti pruritus, ruam, angioedema, serta sesak yang timbul akibat penggunaan dicloxacillin. Kasus anafilaksis jarang terjadi pada penggunaan dicloxacillin dibandingkan golongan penicillin lainnya, tetapi tetap diperlukan pemantauan terutama pasien dengan riwayat alergi terhadap golongan penicillin, sefalosporin, dan imipenem.[3,20,21]
Clostridium difficile-associated diarrhoea
Clostridium difficile-associated diarrhea (CDAD) ditandai dengan adanya diare sedang hingga berat, demam, mual, muntah, nyeri abdomen, dan dehidrasi. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis, peningkatan kadar kreatinin dalam darah, serta hipoalbuminemia. Pada CDAD juga diperlukan analisis feses untuk mendeteksi toksin pada feses menggunakan enzyme immunoassay.[15,19,22]
Pemeriksaan Penunjang
Efek samping dicloxacillin umumnya ringan dan tidak memerlukan pemeriksaan penunjang. Meski demikian, pada beberapa kasus mungkin diperlukan pemeriksaan berikut sesuai indikasi:
Serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT), dilakukan bila ditemukan gejala klinis yang mengarah kepada hepatitis imbas obat dengan riwayat pemakaian dicloxacillin dalam periode lama dan berulang
- Kadar ureum dan kreatinin, dilakukan bila terdapat manifestasi klinis yang mengarah kepada nefritis interstisial maupun renal tubular damage selama atau setelah penggunaan dicloxacillin
International normalized ratio (INR) dan prothrombin time (PT), dilakukan jika dicloxacillin digunakan bersamaan dengan warfarin, dari awal terapi hingga 2 minggu setelah penghentian dicloxacillin
- Pemeriksaan CT scan abdomen, dilakukan bila terdapat kecurigaan ke arah kolitis ulseratif terkait Clostridium difficile
- Pemeriksaan endoskopi pada saluran cerna bagian bawah, dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis kolitis pseudomembranosa terkait penggunaan antibiotik. Akan didapatkan gambaran edema, eritema, serta pseudomembran yaitu plak kekuningan yang menonjol yang dapat tersebar di seluruh mukosa kolon yang terkena[1,3,5,11,16,18,19,22,23]