Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Piperacillin
Penggunaan piperacillin pada kehamilan masuk dalam Kategori B oleh FDA. Pada ibu menyusui, piperacillin bisa dikeluarkan ke ASI dalam jumlah sedikit.[4,6,7]
Penggunaan pada Kehamilan
Penggunaan piperacillin pada kehamilan masuk dalam kategori FDA B. Artinya, studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.
Menurut TGA, penggunaan piperacillin masuk kategori B1. Artinya, obat telah dikonsumsi dalam jumlah terbatas oleh ibu hamil atau wanita usia reproduksi tanpa adanya peningkatan frekuensi malformasi atau efek berbahaya lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Studi pada hewan tidak menunjukkan adanya bukti peningkatan kejadian gangguan pada janin.[6,7]
Belum tersedia bukti yang cukup untuk menetapkan risiko terkait cacat lahir mayor dan keguguran pada wanita hamil yang menggunakan piperacillin-tazobactam. Studi pada hewan menunjukkan bahwa tidak terdapat kelainan struktural janin pada tikus atau mencit ketika piperacillin-tazobactam diberikan melalui suntikan intravena selama organogenesis dengan dosis 1-2 kali dan 2-3 kali dosis manusia berdasarkan luas permukaan tubuh.[4]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Piperacillin diketahui dikeluarkan ke ASI pada ibu menyusui. Dalam sebuah studi, piperacillin diberikan intravena pada 8 wanita dengan dosis 4 gram setiap 8 jam selama 3 hari atau lebih. Kadar piperacillin dalam ASI diukur setelah 2 dosis berturut-turut. Setelah dosis pertama, kadar piperacillin dalam ASI berkisar antara 0,49-1,5 mg/l dalam 3 jam setelah dosis. Setelah dosis kedua, kadar piperacillin dalam ASI berkisar antara 1,1-1,9 mg/l dalam 3 jam setelah dosis. Puncak kadar piperacillin dalam ASI terjadi 2 hingga 3 jam setelah dosis.
Atas dasar data terbatas tersebut, risiko terpapar piperacillin pada bayi melalui ASI dianggap rendah dan tidak diharapkan menyebabkan efek yang merugikan.[4,9]
Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani