Pengawasan Klinis Tafenoquine
Pengawasan klinis tafenoquine perlu dilakukan terkait respon klinis pasien dan risiko efek samping. Obat ini juga dapat menyebabkan anemia hemolitik pada pasien dengan defisiensi glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (G6PD), sehingga status G6PD perlu dipastikan sebelum memulai terapi. Tafenoquine memiliki durasi kerja yang panjang, dan oleh sebab itu gejala dan tanda efek samping dapat tidak langsung tampak.
Defisiensi G6PD
Sebelum memberikan terapi tafenoquine, sebaiknya lakukan pemeriksaan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) karena adanya risiko anemia hemolitik. Identifikasi tanda dan gejala G6PD seperti ikterus, pucat, diare, nyeri abdomen, dan pembesaran limpa.
Meskipun telah melakukan pemeriksaan G6PD, tetap pantau tanda dan gejala anemia hemolitik.
Methemoglobinemia
Jika selama pengobatan tafenoquine ditemukan adanya methemoglobinemia, atau tanda dan gejala seperti sianosis, pucat, fatigue, nyeri kepala, kelemahan, depresi sistem saraf pusat, asidosis metabolik, kejang, disritmia, atau gangguan kesadaran, segera berikan terapi yang sesuai.
Reaksi Hipersensitivitas
Awasi reaksi hipersensitivitas yang serius. Berikan terapi yang tepat jika terjadi reaksi hipersensitivitas. Jangan berikan kembali tafenoquine kapada pasien.
Efek Samping
Jangan berikan terapi tafenoquine kepada pasien yang memiliki riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya. Jika dalam pengobatan tafenoquine ditemukan adanya gejala halusinasi, delusi, pikiran atau tindakan yang tidak terorganisir, segera evaluasi dan terapi sesuai indikasi.
Gangguan gastrointestinal merupakan efek samping yang paling sering ditemui. Pada umumnya, gangguan bersifat ringan. Pemberian obat setelah makan dapat mengurangi efek samping tersebut.
Keratopati vorteks ditemukan pada pasien dengan masa pengobatan yang lama, yaitu ≥ 6 bulan. Biasanya gangguan ini akan hilang dalam satu tahun setelah menghentikan terapi tafenoquine dan tidak mengakibatkan perubahan visus.[1,2,6-11]