Pendahuluan Pyrazinamide
Pyrazinamide adalah obat antituberkulosis yang digunakan bersama dengan isoniazid, rifampicin, ethambutol, dan streptomycin sebagai terapi lini pertama tuberkulosis. Pyrazinamide memiliki efek antimikroba yang spesifik terhadap Mycobacterium tuberculosis.
Pyrazinamide dapat bersifat bakteriostatik maupun bakterisidal, tergantung dari konsentrasi obat yang dicapai pada lokasi infeksi dan kepekaan organisme patogen yang menginfeksi. Di Indonesia, pyrazinamide tersedia dalam bentuk tablet dan kaplet oral.[1-3]
Pyrazinamide menghambat ekskresi asam urat ginjal. Oleh sebab itu, efek samping hiperurisemia bisa terjadi, tetapi biasanya tanpa gejala. Jika hiperurisemia disertai artritis gout akut, pertimbangkan untuk menghentikan terapi.
Efek samping lain yang perlu diwaspadai pada penggunaan pyrazinamide adalah hepatotoksisitas. Lakukan pengukuran laboratorium fungsi hati sebelum memulai terapi, kemudian pantau fungsi hati secara berkala dan jika muncul kecurigaan hepatotoksisitas terjadi.[1,3]
Merek dagang pyrazinamide yang beredar di Indonesia adalah Sanazet®, Pyratibi®, Siramid®, TB Zet®, dan Propulmo®.[2]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Pyrazinamide
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Antiinfeksi.[1,4,5,6] |
Subkelas | Antituberkulosis.[1,4,5,6] |
Akses | Resep.[5,6] |
Wanita hamil | Kategori FDA: C Kategori TGA: B2.[3,7,8] |
Wanita menyusui | Pyrazinamide dikeluarkan ke dalam air susu ibu.[1,9,10] |
Anak-anak | Dapat diberikan sesuai aturan dosis.[9,10,11] |
Infant | Dapat diberikan sesuai aturan dosis.[9,10,11] |
FDA | Approved.[1,2] |
Penulisan pertama oleh: dr. Catherine Ranatan
5ef0540de8579033d1932448