Efek Samping dan Interaksi Obat Oseltamivir
Efek samping dan interaksi obat oseltamivir diantaranya berupa rash, dermatitis, mual, muntah, sakit kepala, dan gangguan neuropsikiatri seperti halusinasi. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah gejala gastrointestinal.
Interaksi obat yang perlu diperhatikan adalah penggunaan bersama antara oseltamivir dengan probenesid, vaksin influenza live attenuated, dan clopidogrel.[2,3,19]
Efek Samping
Efek yang tidak diinginkan dari penggunaan oseltamivir bisa terjadi pada berbagai organ. Efek samping oseltamivir pada saluran cerna paling sering terjadi tetapi umumnya dapat ditolerir dengan baik.
Pada studi terhadap 1032 anak yang mendapat oseltamivir selama 5 hari dengan dosis 2 mg/kg dua kali sehari, efek samping yang lebih sering terjadi dibandingkan plasebo adalah efek samping berupa muntah (15% vs 9%), nyeri perut (5% vs 4%), dan gangguan telinga (2% vs 1%).[2,3,12,15]
Saluran Cerna
Efek samping mual akibat terapi oseltamivir dilaporkan sebanyak 10% dan muntah sebanyak 8%. Sedangkan untuk profilaksis, mual dilaporkan sebanyak 8% dan muntah sebanyak 2%.
Efek samping lain yang dilaporkan diantaranya perdarahan gastrointestinal, hepatitis, dan abnormalitas hasil tes fungsi hati. Berdasarkan penelitian Evgeny et al. efek samping berupa muntah adalah efek samping yang paling mengganggu.[2,3,15,16]
Kulit
Efek samping yang dapat terjadi pada organ kulit akibat oseltamivir adalah rash, dermatitis, urtikaria, eksim, toxic epidermal necrolysis, sindrom Steven-Johnson.[2,3,15,16]
Neuropsikiatri
Pada penggunaan oseltamivir untuk terapi, efek samping sakit kepala terjadi pada 2% pasien, sedangkan untuk profilaksis terjadi pada 17% pasien. Pada laporan postmarketing didapatkan juga efek samping berupa kejang.
Tingkah laku abnormal, delirium, halusinasi, bingung, dan delusi adalah gejala psikiatri yang dilaporkan dapat terjadi. Terdapat sebuah laporan kasus mengenai seorang wanita 57 tahun dengan influenza yang mengalami halusinasi dan delirium setelah menggunakan oseltamivir selama 4 hari.
Pada studi oleh Evgeny et al. gangguan psikiatri berupa gangguan cemas dan halusinasi merupakan salah satu efek samping yang paling mengganggu setelah muntah.[2,3,15,16]
Lainnya
Pada penggunaan oseltamivir untuk terapi, efek samping nyeri terjadi <1% pasien, sedangkan untuk profilaksis terjadi 4%. Efek samping lain dapat berupa pembengkakan pada wajah atau lidah, alergi, anafilaksis, hipotermia, dan aritmia.[2,3,15,16]
Interaksi Obat
Terdapat beberapa potensi interaksi antara oseltamivir dengan obat/zat lain seperti vaksin influenza, probenesid, dan clopidogrel. Oseltamivir dikonversi menjadi oseltamivir karboksilat oleh enzim esterase yang terutama berada di hati. Interaksi obat yang melibatkan kompetisi dengan esterase belum pernah dilaporkan.
Oseltamivir hanya sedikit berikatan dengan protein plasma, sehingga interaksi obat yang disebabkan oleh pergeseran ikatan obat dengan protein plasma (drug displacement) kecil kemungkinannya untuk terjadi.[2,3]
Vaksin Influenza
Penggunaan bersamaan antara oseltamivir dengan vaksin influenza hidup yang dilemahkan (live attenuated influenza vaccine) dinilai dapat mengurangi efikasi vaksin. Vaksin sebaiknya diberikan 2 minggu sebelum atau 48 jam setelah pemberian oseltamivir, kecuali jika diindikasikan secara medis.[19]
Probenesid
Penggunaan bersamaan dengan probenesid menyebabkan peningkatan paparan terhadap oseltamivir karboksilat sebanyak dua kali lipat. Hal ini disebabkan karena penurunan sekresi tubulus ginjal. Akan tetapi karena safety margin oseltamivir karboksilat, tidak ada penyesuaian dosis yang diperlukan ketika penggunaannya bersamaan dengan probenesid.[2,3,12]
Clopidogrel
Bila digunakan bersama dengan clopidogrel, efikasi antivirus dapat menurun karena terjadi hambatan hidrolisis pada oseltamivir.[19]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja