Pengawasan Klinis Bleomycin
Pengawasan klinis pemberian bleomycin atau bleomisin yang utama adalah monitor efek samping bleomycin pulmonary toxicity (BPT). Monitoring ini meliputi gejala efek samping, terutama toksisitas pada pulmonal, liver, dan ginjal. Efek samping pada kulit juga harus mendapat perhatian dan penatalaksanaan.[1,4,16]
Pemeriksaan Pulmonal
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk pengawasan tanda dan gejala toksisitas pada paru diantaranya adalah:
- Tes kapasitas difusi terhadap karbon monoksida (DLco), dilakukan rutin setiap bulan jika pasien sebelumnya telah memiliki gangguan paru, menjalani radioterapi pada area toraks, usia >70 tahun, atau jika total kumulatif dosis bleomycin >400 unit
Rontgen thorax, dilakukan terutama jika ditemukan perubahan fungsi paru, di mana pada pneumonitis akan terlihat gambaran bercak opasitas pada lapang paru inferior bilateral[1,4,10,16]
Pada pasien dengan gangguan pernapasan, hanya diberikan suplemen oksigen bila saturasi di bawah 88‒90%. Kondisi hiperoksia dapat menyebabkan radikal bebas yang berakibat bleomycin pulmonary toxicity (BPT), seperti pneumonitis bahkan fibrosis paru.[20]
Pemeriksaan Fungsi Liver
Tes fungsi liver perlu dilakukan sebelum memulai terapi dan reguler selama menjalani terapi, karena bleomycin dimetabolisme dalam liver. Pemeriksaan yang dilakukan adalah serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT), serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT), dan alkaline phosphatase (ALP). Jika dicurigai terjadi gagal hati, pemeriksaan gamma–glutamyl transferase (GGT) dapat dilakukan.[1,4,10,11]
Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Tes fungsi ginjal berupa kadar urea dan kreatinin dalam serum dilakukan sebelum memulai terapi dan reguler selama menjalani terapi bleomycin.[1,5,10]
Pengawasan Kulit dan Mukosa
Kelainan kulit akibat efek samping selama terapi bleomycin dapat berupa bercak eritema, striae, vesikulasi, hiperpigmentasi, dan sensasi nyeri di permukaan kulit.
Pada mukosa, dapat terjadi berupa mukositis oral dan stomatitis. Oleh karena itu, pemeriksaan kulit dan mukosa dilakukan setiap kunjungan rutin pasien yang akan menjalani kemoterapi dengan bleomycin.[1,4,10]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli