Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Paclitaxel
Penggunaan paclitaxel pada kehamilan tidak disarankan. Belum diketahui apakah paclitaxel diekskresikan di ASI, namun penggunaan pada ibu menyusui tidak disarankan.
Penggunaan pada Ibu Hamil
Menurut FDA, penggunaan obat paclitaxel pada kehamilan masuk kategori D. Artinya, terdapat bukti positif adanya pengaruh obat yang berisiko pada janin manusia, namun dapat dipertimbangkan bila potensi manfaat melebihi risikonya.[17]
TGA juga memasukkan paclitaxel dalam kategori D. Artinya, obat dapat menyebabkan peningkatan insiden malformasi fetus manusia atau kerusakan yang ireversibel, di samping juga dapat menimbulkan efek farmakologis yang buruk.[9]
Pemberian paclitaxel selama masa organogenesis pada kelinci dengan dosis 3 mg/kg/hari menyebabkan toksisitas pada embrio dan janin, yang diikuti dengan kematian intrauterine. Potensi teratogenik tidak dapat dinilai pada dosis yang lebih tinggi, karena tingginya angka mortalitas janin. Jika pasien mengalami kehamilan ketika menerima terapi paclitaxel, pasien harus diberitahu tentang potensi risiko. Begitupun pasien wanita usia produktif yang mendapat paclitaxel, harus diberitahu dan disarankan untuk menunda kehamilan.[8]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Belum diketahui apakah paclitaxel diekskresikan pada air susu manusia. Pada percobaan yang dilakukan kepada tikus di hari ke 9 dan 10 postpartum, konsentrasi obat pada air susu lebih tinggi dibanding konsentrasi plasma, dan menurun secara paralel dengan konsentrasi plasma. Dikarenakan terdapat banyak kandungan obat yang diekskresi pada air susu dan adanya potensi berbahaya terhadap bayi yang menyusu, FDA merekomendasikan untuk menghentikan menyusui selama pasien menerima terapi paclitaxel. Sehingga menjadikan paclitaxel termasuk kedalam obat yang berbahaya untuk ibu menyusui.[8]