Farmakologi Levonorgestrel Implan
Secara farmakologi, levonorgestrel sediaan implan termasuk dalam kelompok progestin, yaitu hormon sintetis yang memiliki fungsi seperti progesteron. Berdasarkan struktur kimianya, levonorgestrel adalah isomer levo-rotasi dari norgestrel.[3,13]
Farmakodinamik
Levonorgestrel berikatan dengan reseptor progesteron dan estrogen. Organ targetnya adalah organ reproduksi, payudara, kelenjar hipotalamus, dan kelenjar pituitari. Berikut adalah efek yang ditimbulkan levonorgestrel:
- Memberikan feedback negatif pada hipotalamus sehingga produksi gonadotropin releasing hormone (GnRH) menurun. Akibatnya, sekresi follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) juga akan berkurang. Hal ini akan mencegah terjadinya ovulasi
- Mengubah dinding endometrium agar tidak terjadi implantasi. Levonorgestrel tidak dapat mencegah kehamilan jika sudah terjadi implantasi
- Mengentalkan mukus serviks sehingga mencegah sperma untuk mencapai uterus[4]
Farmakokinetik
Farmakokinetik levonorgestrel terdiri dari aspek absorbsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasinya.
Absorpsi
Bioavailabilitas levonorgestrel adalah 100% (tidak melalui first pass metabolism). Dalam bentuk implant, peak plasma time levonorgestrel tercapai pada 2-3 hari setelah pemasangan dengan durasi selama 3 tahun.
Distribusi
Pada tubuh, 50% levonorgestrel berikatan dengan sex hormone binding globulin (SHBG) dan sisanya berikatan dengan albumin.
Metabolisme
Levonorgestrel akan dimetabolisme di hati oleh enzim CYP3A4. Hasil metabolisme levonorgestrel berupa tetrahydrolevonorgestrel, hydroxynorgestrel, dan bentuk konjugasi dengan sulfat atau glukoronidase.
Eliminasi
Levonorgestrel akan diekskresikan sebagian besar melalui urine (40–68%) dan feses (16–48%). Setelah pelepasan implan, levonorgestrel hilang (konsentrasi di bawah sensitivitas alat) dalam 5 hari–2 minggu.[8-13]
Efektivitas
Implan levonorgestrel memiliki efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan. Pada tahun 2001, suatu penelitian yang melibatkan 7.977 wanita dari 8 negara menyatakan bahwa kejadian kehamilan pada implan levonorgestrel adalah 0,27 per 100 wanita per tahun.
Sementara itu, kejadian kehamilan ektopik adalah 0,3 per 1.000 wanita per tahun. Efek samping tersering adalah perdarahan pervaginam. Namun dalam studi tersebut, perdarahan yang terjadi tidak berat dan subjek tidak mengalami anemia.[14]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja