Pengawasan Klinis Alfuzosin
Pengawasan klinis alfuzosin perlu mencakup perbaikan gejala saluran kemih dan pengukuran tekanan darah.[2,4]
Pengukuran Tekanan Darah
Karena alfuzosin dapat menyebabkan hipotensi postural, penting untuk secara rutin memantau tekanan darah pasien, terutama pada awal terapi dan selama penyesuaian dosis.[2,4]
Evaluasi Gejala
Pengawasan terhadap gejala benign prostate hyperplasia (BPH) perlu dilakukan secara berkala untuk menilai respons terhadap terapi. Hal ini melibatkan evaluasi kesulitan buang air kecil, aliran urin yang terputus atau lemah, sensasi kurang lampias, urgensi buang air kecil, dan nokturia.[1,2]
Pemantauan Potensi Komplikasi Oftalmologi
Jika pasien telah atau sedang menerima alfuzosin dan memerlukan operasi katarak, perlu dilakukan pemantauan yang cermat terhadap potensi komplikasi seperti intraoperative floppy iris syndrome (IFIS).[2]
Evaluasi Potensi Efek Samping
Pemantauan efek samping, termasuk pusing, sakit kepala, nyeri dada, atau gejala lain juga perlu dilakukan. Jika pasien mengalami efek samping yang mengganggu, pertimbangkan penyesuaian dosis atau penghentian terapi.[2]
Pemantauan Terhadap Gangguan Kardiovaskular
Lakukan evaluasi berkala apakah pasien mengalami gejala baru atau memburuknya angina pektoris. Apabila hal ini terjadi, terapi dengan alfuzosin perlu dihentikan dan alternatif pengobatan dievaluasi.
Selain itu, pemantauan interval QT pada pasien dengan riwayat pemanjangan interval QT atau yang menerima terapi bersamaan dengan obat-obatan yang dapat memperpanjang interval QT diperlukan untuk menilai potensi efek pada sistem kardiovaskular.[2,4]
Pemantauan Fungsi Hati dan Ginjal
Meskipun efek samping terkait dengan fungsi hati atau ginjal jarang dilaporkan, pemantauan fungsi organ ini dapat diperlukan terutama pada pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal yang sudah ada sebelumnya.[2]