Pengawasan Klinis Antitetanus Serum (ATS)
Pengawasan klinis pemberian antitetanus serum (ATS) dilakukan sebelum dan sesudah pemberian. Tes sensitivitas atau skin test harus dilakukan sebelum ATS diberikan.[2]
Pengawasan Sebelum Pemberian
Sebelum pemberian, harus dilakukan skin test dengan menyuntikan ATS 0,2 mL subkutan. Kemudian dipantau selama 30 menit untuk menilai adanya reaksi alergi. Hasil positif dari skin test meningkatkan risiko terjadinya reaksi hipersensitivitas akibat ATS.[4,7,17]
Pengawasan Setelah Pemberian
Pengawasan dilakukan minimal 30 menit setelah pemberian ATS, untuk menilai adanya hipersensitivitas. Reaksi alergi yang muncul dapat berupa demam, kulit kemerahan, gatal, dan sesak. Pasien dapat dipulangkan apabila tidak ada reaksi alergi yang muncul.[2]
Sedangkan reaksi lambat atau serum sickness dapat muncul 5−21 hari setelah pemberian ATS. Reaksi yang muncul adalah demam, arthralgia, urtikaria, diare, juga gangguan fungsi saraf dan fungsi ginjal. Pasien dengan reaksi lambat ini harus segera kembali berkonsultasi ke dokter.[7,8]
Pengawasan Setelah Pemberian Terapi Tetanus
Pada pasien dengan gejala tetanus, selain diberikan ATS, pasien juga diberikan terapi lain seperti antibiotik, antikonvulsan, golongan sedatif, dan muscle relaxant. Sehingga membutuhkan pengawasan ketat di dalam unit intensive care.[2]
Infeksi tetanus tidak menginduksi imunitas tubuh, pasien dengan infeksi tetanus harus mendapatkan vaksin tetanus 1‒2 bulan setelah pemberian dosis pertama, dan dosis ke-3 dengan interval 6‒12 bulan. WHO menganjurkan pemberian tetanus immunoglobulin (human tetanus immunoglobulin / HTIG) 500 IU secara intramuskular atau intravena, ditambah dengan pemberian 0,5 mL vaksin tetanus secara injeksi.[2]