Kontraindikasi dan Peringatan Sertraline
Kontraindikasi penggunaan sertraline adalah pada pasien yang hipersensitif terhadap sertraline dan penggunaan bersamaan dengan antidepresan Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI) seperti selegiline. Peringatan penggunaan sertraline terkait pemakaiannya pada pasien anak dan remaja karena peningkatan risiko bunuh diri.[1]
Kontraindikasi
Kontraindikasi dalam penggunaan sertraline adalah pasien yang memiliki hipersensitivitas terhadap sertraline, penggunaan bersamaan dengan sumatriptan, thioridazine, pimozide, dan antidepresan Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI) seperti selegiline. Sertraline cair yang mengandung alkohol 12% tidak boleh digunakan bersamaan dengan disulfiram karena berisiko memicu reaksi alkohol-disulfiram.[1]
Peringatan
Penggunaan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) bersamaan dengan obat serotonergik lain berisiko menyebabkan sindrom serotonin. Klinisi harus memberikan jeda selama minimal 2 minggu setelah menghentikan Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI) seperti selegiline sebelum memulai sertraline. Pada kondisi sebaliknya, sertraline dihentikan sekurang-kurangnya 1 minggu sebelum memulai MAOI. Berikut ini adalah peringatan lainnya terkait penggunaan sertraline.[3]
Sindrom Serotonin
Penggunaan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dan SNRIs (serotonin norepinephrine reuptake inhibitors) dapat mencetus terjadinya sindrom serotonin, suatu kondisi yang berpotensi mengancam nyawa. Risiko ini ditingkatkan dengan penggunaan bersamaan dengan obat serotonergik lainya (seperti triptans, antidepresan trisiklik, fentanil, lithium, tramadol, triptofan, buspirone, dan amphetamine) dan obat-obatan yang dapat mengganggu metabolisme serotonin, seperti golongan MAOI (selegiline). Sindrom serotonin juga dapat terjadi pada pemakaian tunggal SSRI.
Sindrom serotonin ditandai dengan terjadinya perubahan status mental (agitasi, halusinasi, delirium, dan koma), instabilitas otonom (takikardia, tekanan darah yang berubah-ubah, pusing, diaphoresis, flushing, dan hipertermia), gejala neuromuscular (tremor, kaku, myoclonus, hiperreflexia, incoordination), kejang, dan gangguan pencernaan (mual, muntah, dan diare).
Risiko Perdarahan
Penggunaan bersama dengan obat antiinflamasi non steroid seperti aspirin, antiplatelet seperti aspilet, antikoagulan seperti warfarin atau antikoagulan lainnya, dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan. Perdarahan yang terjadi bervariasi, mulai dari ekimosis, hematoma, epistaksis, petechiae, hingga perdarahan lainnya yang dapat mengancam nyawa.[7]
Discontinuation Syndrome
Penghentian sertraline mendadak tanpa titrasi berisiko menyebabkan discontinuation syndrome, dengan gejala mual muntah, disforia, iritabel, agitasi, labilitas mood, dan gangguan sensorik (misalnya parestesia).[7]
Episode Manik atau Hipomanik
Konsumsi sertraline pada pasien dengan bipolar tipe depresif bisa mencetuskan episode manik atau hipomanik. Hal ini bisa diantisipasi dengan menggali riwayat bipolar keluarga. Apabila episode manik muncul maka sertraline dihentikan dan diganti dengan antipsikotik dengan efek sedatif seperti chlorpromazine.[3,7,10]
Perilaku Bunuh Diri
Penggunaan pada anak dan remaja dilaporkan meningkatkan risiko bunuh diri. Obat sertraline dan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) lain mendapatkan blackbox warning dari FDA. Harus dilakukan pemantauan perubahan mood atau keluhan pada anak dan remaja tersebut.[6,7]
Glaukoma Sudut Tertutup
Sertraline menyebabkan dilatasi pupil, sehingga pasien yang memiliki sudut mata sempit berisiko mengalami glaukoma sudut tertutup. Penggunaan sertraline sebisa mungkin dihindari pada pasien yang diketahui memiliki sudut mata sempit.[7]
Positif Palsu Terhadap Pemeriksaan Benzodiazepine
Sertraline bisa menyebabkan hasil positif palsu pada pemeriksaan benzodiazepine urin.[5]