Efek Samping dan Interaksi Obat Imunoglobulin Intravena (IVIG)
Efek samping umum dari imunoglobulin intravena (IVIG) meliputi sakit kepala, demam, menggigil, mual, kelelahan, dan nyeri di tempat infus. Reaksi yang lebih serius jarang terjadi, dapat mencakup tromboemboli, gagal ginjal akut, hemolisis, dan meningitis aseptik. Interaksi obat dengan IVIG termasuk pengurangan efektivitas vaksin hidup yang dilemahkan, seperti vaksin campak dan rubella, karena IVIG dapat menetralisir respons imun terhadap vaksin ini.[1-3,8]
Efek Samping
lVIG memiliki efek samping yang dapat terjadi secara langsung atau tertunda, dengan tingkat keparahan bervariasi.
Reaksi Langsung
Reaksi langsung bisa ringan, sedang, dan serius, dapat terjadi dalam waktu 30-60 menit setelah dimulainya infus, dan dilaporkan pada 5% pasien. Efek samping yang paling sering ditemui berupa efek samping ringan seperti sakit kepala, demam, menggigil, kelelahan, flushing, dan nyeri otot. Reaksi efek samping ringan sebagian besar bersifat sementara dan dapat diatasi dengan memperlambat kecepatan infus.
Efek samping sedang berupa muntah, nyeri dada, dan sakit kepala. Reaksi ringan hingga sedang dapat diatasi dengan pengobatan simptomatik, premedikasi, hidrasi memperlambat laju transfusi, menurunkan dosis atau penghentian, dan mengganti dengan preparat IVIG yang berbeda.
Efek samping serius lebih sering terjadi pada pasien geriatri dibandingkan kelompok usia lainnya. Efek samping serius yang umum adalah mialgia, sakit punggung, muntah, ruam, takikardia, eritema, demam tinggi, serta hipotensi atau hipertensi. Efek samping serius yang jarang terjadi termasuk urtikaria, sakit kepala berat, dispnea, pruritus, kejadian tromboemboli, dan reaksi hemolitik. Efek samping serius yang sangat langka adalah cedera paru akut, gagal ginjal akut, anafilaksis, aritmia, meningitis aseptik, artritis, hepatitis, dan efusi pleura.[1-3,8]
Reaksi Tertunda
Hanya kurang dari 1% pasien mengalami reaksi tipe lambat. Ini mencakup disfungsi ginjal berat, infeksi, serta gangguan hematologi dan neurologis.
Selain itu, IVIGĀ bisa menyebabkan kejadian tromboemboli. Risiko paling tinggi ada pada lansia, pasien dengan riwayat tromboemboli, disfungsi jantung, atau gangguan sirkulasi. Pembentukan bekuan darah juga lebih mungkin terjadi pada pasien tirah baring dalam jangka waktu lama, pasien terapi penggantian hormon, atau pasien dengan kateter intravena sentral.[1-3,8]
Interaksi Obat
Penggunaan IVIG dengan obat lain dapat menyebabkan interaksi obat yang meningkatkan risiko efek samping ataupun menurunkan efikasi vaksin.[1-3,8]
Meningkatkan Risiko Gangguan Fungsi Ginjal
Obat-obatan yang dapat meningkatkan risiko disfungsi ginjal jika digunakan bersama IVIG meliputi agen nefrotoksik seperti aminoglikosida, misalnya gentamicin, serta obat-obatan yang berbasis platinum seperti cisplatin. Pemberian bersama obat-obatan ini dapat memperburuk risiko nefropati yang sudah terkait dengan IVIG, terutama pada pasien dengan faktor risiko ginjal seperti dehidrasi, diabetes, atau usia lanjut.
Selain itu, penggunaan diuretik kuat, seperti furosemide, juga dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal karena menurunkan volume cairan tubuh, yang dapat memperburuk efek nefrotoksik.[1-4]
Menurunkan Efektivitas Vaksin Hidup
IVIG akan menurunkan efektivitas vaksin hidup seperti vaksin cikungunya, vaksin dengue, vaksin campak, vaksin rubella, vaksin varicella, dan vaksin BCG. Vaksinasi dianjurkan untuk dilakukan 3 minggu sebelum atau 3 bulan sesudah mendapatkan IVIG.[1-4]
Menurunkan Efektivitas IVIG
Penggunaan IVIG bersama dengan efgartigimod alfa dan rozanolixizumab akan menurunkan kadar IVIG dalam darah, sehingga efektivitas IVIG juga akan berkurang.[1-4]
Menurunkan Efektivitas Obat Lain
Penggunaan IVIG bersama dengan obat pozelimab dan ravulizumab akan menurunkan kadar obat tersebut dalam darah, sehingga efektivitasnya juga akan berkurang.[1-4]