Efek Samping dan Interaksi Obat Vaksin Influenza
Sebagian besar efek samping dari vaksin influenza tergolong ringan. Meskipun demikian, interaksi antara penggunaan vaksin influenza dengan aspirin dapat meningkatkan risiko sindrom Reye.[7,14]
Efek Samping
Efek samping yang dapat terjadi pasca vaksin influenza, antara lain reaksi lokal seperti nyeri pada lokasi injeksi, kemerahan, dan edema. Beberapa pasien juga mengeluhkan demam, malaise, nyeri otot, nyeri kepala, reaksi alergi, dan presinkop. Meskipun jarang terjadi, reaksi hipersensitivitas yang berat seperti syok anafilaksis dapat terjadi.
Beberapa efek samping lain dari vaksin influenza yang dapat terjadi adalah:
- Signifikan: Sinkop, hiperventilasi, reaksi terkait stres, parestesia, gangguan penglihatan sementara, gerakan tonik-klonik tungkai
- Kardiovaskular: Nyeri dada, hipertensi
- Respirasi: Batuk, hidung tersumbat, rhinorrhea
- Gastrointestinal: Sakit tenggorokan, sakit perut, gastroenteritis, mual, muntah
- Nutrisi: Nafsu makan menurun
- Muskuloskeletal: Myalgia, menggigil, arthralgia, nyeri punggung
- Saraf: Sakit kepala, migrain, mengantuk
- Lainnya: Ekimosis, iritabilitas, lesu, lelah, lemah, diaforesis, dan reaksi di tempat suntikan[1,7,11]
Interaksi
Interaksi dari pemberian vaksin influenza dapat terjadi dengan beberapa obat-obatan lain dan pemeriksaan laboratorium tertentu.
Meningkatkan Potensi Sindrom Reye
Penggunaan bersamaan antara vaksin virus influenza hidup dengan aspirin atau terapi yang mengandung aspirin pada anak usia 2-17 tahun dikontraindikasikan karena meningkatkan potensi sindrom Reye. Direkomendasikan untuk menghindari pemberian aspirin atau terapi yang mengandung aspirin selama minimal 4 minggu setelah vaksinasi dengan virus influenza hidup kecuali secara medis diperlukan.[7,11,14]
Meningkatkan Risiko Infeksi
Penggunaan bersamaan antara vaksin virus influenza hidup dengan deflazacort dikontraindikasikan karena menyebabkan penurunan respon imun sehingga meningkatkan risiko infeksi oleh vaksin virus influenza hidup.
Selain itu, individu yang menerima kemoterapi untuk leukemia dan keganasan hematopoietik lainnya, tumor solid, atau setelah transplantasi organ solid harus diasumsikan mengalami perubahan imunokompetensi dan tidak boleh divaksinasi dengan vaksin hidup dapat mengakibatkan infeksi berat dan fatal. Beberapa obat yang tidak direkomendasikan diberikan bersamaan dengan vaksin virus influenza hidup, antara lain alectinib, alemtuzumab, bevacizumab, bleomycin, chlorambucil, dan cisplatin.[7,11,14]
Interaksi dengan Pemeriksaan Laboratorium
Vaksin virus influenza dapat menyebabkan reaktivitas silang dengan uji antibodi HIV sehingga menyebabkan hasil tes antibodi HIV positif palsu. Kemungkinan tersebut harus dipertimbangkan pada pasien yang menerima vaksinasi influenza dalam waktu dekat dengan faktor risiko infeksi HIV, tetapi memiliki enzyme immunoassay positif. Pertimbangkan penggunaan uji amplifikasi asam nukleat untuk konfirmasi enzyme immunoassay dan viral load.[14]
Penulisan pertama oleh: dr. Giovanni Gilberta
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta