Penghentian obat antiepilepsi pada pasien epilepsi yang sudah bebas kejang selama minimal 2 tahun dianjurkan oleh beberapa studi. Obat antiepilepsi dapat menghentikan kejang pada ⅔ pasien yang baru saja terdiagnosis epilepsi. Namun, obat antiepilepsi juga memiliki efek samping yang cukup signifikan dan penggunaannya dalam jangka panjang menjadi beban biaya medis tersendiri bagi pasien.[1]
Keputusan untuk menghentikan obat antiepilepsi memerlukan pertimbangan individual pada setiap pasien. Durasi bebas kejang tidak bisa menentukan apakah kejang hilang akibat supresi oleh obat atau akibat remisi epilepsi itu sendiri. Risiko rekurensi kejang merupakan kekhawatiran utama pada pasien yang dihentikan obat antiepilepsinya.[1]
Pertimbangan untuk Menghentikan Obat Antiepilepsi pada Pasien Epilepsi
Penghentian obat antiepilepsi didasari oleh beberapa pertimbangan. Sebanyak 88% pasien mengalami efek samping dari obat antiepilepsi, seperti rasa pusing, efek sedasi, gangguan kognitif, dan gangguan neuropsikiatri. Pada ibu hamil atau wanita yang sedang merencanakan kehamilan, penghentian obat antiepilepsi sering kali disebabkan oleh risiko teratogenisitas dari obat tertentu seperti asam valproat.[1]
Obat antiepilepsi juga memiliki beragam interaksi dengan obat lain yang memengaruhi enzim hati sitokrom P450. Oleh karena itu, banyak pasien yang menggunakan obat antikoagulan, pil kontrasepsi, dan antivirus hepatitis memerlukan modifikasi dosis saat menggunakan obat antiepilepsi. Selain itu, harga obat antiepilepsi yang tidak murah dan stigma sosial juga merupakan alasan pasien menghentikan obat.[1]
Kapan Menghentikan Obat Antiepilepsi pada Pasien Epilepsi
American Academy of Neurology telah mempublikasikan pedoman penghentian obat antiepilepsi dengan kriteria sebagai berikut:
- Pasien telah bebas kejang selama 2–5 tahun pengobatan
- Pasien memiliki hanya satu sindrom epilepsi
- Hasil pemeriksaan neurologis normal
- Hasil perekaman elektroensefalogram (EEG) normal
Sejak publikasi tersebut, belum banyak perubahan direkomendasikan. Temuan dalam meta analisis oleh Strozzi, et al. yang dipublikasikan di Cochrane juga mendukung penghentian obat antiepilepsi setelah 2 tahun bebas kejang. Studi tersebut melibatkan penderita epilepsi anak-anak yang diacak untuk menghentikan obat sebelum 2 tahun dan sesudah 2 tahun. Risiko kejang relapse meningkat sebanyak 34% pada kelompok yang menghentikan obat antiepilepsi sebelum 2 tahun bebas kejang.[2]
Risiko Penghentian Obat Antiepilepsi pada Pasien Epilepsi
Penghentian obat antiepilepsi berisiko menyebabkan rekurensi kejang. Pada beberapa studi, risiko rekurensi kejang adalah 32,1% pada anak-anak dan 39,4% pada pasien dewasa. Rekurensi kejang pada pasien yang menghentikan obat antiepilepsi berisiko menyebabkan masalah psikososial, cedera, kehilangan surat izin mengemudi (SIM), dan bahkan kehilangan pekerjaan.[3]
Rekurensi Kejang
Suatu studi di Italia menganalisis faktor risiko rekurensi kejang pada pasien yang obat antiepilepsinya dihentikan. Studi retrospektif tersebut mengikuti 133 pasien selama 3 tahun setelah penghentian obat. Sebanyak 60 (45%) partisipan mengalami rekurensi kejang. Faktor risiko rekurensi kejang adalah:
- Periode bebas kejang masih <2 tahun (faktor risiko signifikan)
- Adanya riwayat kejang demam sebelumnya
- Adanya defisit motorik yang persisten[4]
Beghi, et al. meneliti 1.006 pasien epilepsi yang menghentikan obatnya setelah remisi. Studi ini melakukan follow-up hingga 10 tahun. Setelah penghentian obat, probabilitas rekurensi kejang adalah 16% dalam 6 bulan, 24% dalam 1 tahun, 36% dalam 3 tahun, 45% dalam 5 tahun, dan 53% dalam 10 tahun. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko relapse kejang adalah:
- Usia pasien >14 tahun
- Adanya kelainan struktural intrakranial
- Terapi antiepilepsi sebelumnya dimulai saat kejang pertama kali
- Epilepsi kriptogenik[5]
Lamberink, et al. melakukan tinjauan sistematis dan meta analisis pada 45 penelitian dengan total 1.769 partisipan, dengan median follow-up 5,3 tahun. Setelah penghentian obat, 812 (46%) partisipan mengalami relapse. Prediktor relapse kejang adalah:
- Durasi epilepsi yang panjang sebelum remisi
- Interval bebas kejang sebelum penghentian obat yang singkat
- Usia yang lebih tua saat onset epilepsi
- Adanya riwayat kejang demam
- Jumlah kejang yang lebih banyak sebelum remisi
- Tidak adanya sindrom epilepsi yang self-limiting
- Adanya gangguan tumbuh kembang
- Adanya kelainan epileptiform pada rekaman EEG[6]
Butuh Waktu untuk Kembali Bebas Kejang Setelah Rekurensi
Menurut studi, pasien epilepsi yang mengalami rekurensi kejang setelah menghentikan obat antiepilepsi bisa mengalami remisi lagi jika obat digunakan kembali. Namun, remisi tidak langsung terjadi. Remisi membutuhkan waktu yang tidak menentu.[1]
Menurut studi Beghi, et al. yang telah diulas di atas, setelah obat antiepilepsi dilanjutkan kembali, probabilitas remisi pada pasien yang relapse kejang adalah 59% dalam 1 bulan pertama. Setelah itu, probabilitas remisi adalah 67% dalam 3 bulan, 72% dalam 6 bulan, dan 76% dalam 12 bulan.[5]
Cara Menghentikan Obat Antiepilepsi
Sejauh ini belum ada konsensus tentang cara menghentikan obat antiepilepsi. Akan tetapi, berdasarkan studi-studi yang ada, penghentian obat antiepilepsi dianjurkan untuk dilakukan secara bertahap dalam waktu 4–6 bulan. Penghentian mendadak kurang dianjurkan. Metode dan risiko penghentian obat antiepilepsi harus didiskusikan secara menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan serta preferensi pasien.[7,8]
Dokter harus memperhatikan berbagai prediktor relapse kejang yang telah dibahas sebelum menentukan cara penghentian obat. Faktor lain yang juga dipertimbangkan adalah jumlah obat antiepilepsi yang digunakan, dosis awal yang digunakan, risiko cedera pada setiap pasien, dan durasi larangan berkendara. Bila >1 obat antiepilepsi digunakan, hentikan secara berurutan, bukan sekaligus.[1]
Durasi penurunan dosis obat yang lambat (bertahap) dapat membantu penentuan dosis minimal yang efektif jika terjadi relapse. Khusus untuk golongan obat benzodiazepine terutama clonazepam, periode penurunan dosis obat lebih panjang.[1]
Kesimpulan
Penghentian obat antiepilepsi dapat dipertimbangkan pada pasien yang bebas kejang selama minimal 2 tahun, tidak memiliki sindrom epilepsi multipel, tidak memiliki defisit neurologis, dan memiliki hasil EEG normal.
Obat antiepilepsi mempunyai risiko efek samping yang cukup tinggi dan penggunaan dalam jangka panjang membutuhkan biaya yang besar. Namun, penghentian obat ini berisiko menyebabkan rekurensi kejang. Rekurensi ini bisa diatasi dengan penggunaan obat antiepilepsi kembali. Namun, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai remisi lagi sebenarnya tidak menentu.
Sebelum memutuskan untuk menghentikan obat, dokter harus mempertimbangkan faktor risiko rekurensi kejang, risiko cedera pada tiap pasien, durasi pasien tidak boleh mengemudi, dan preferensi masing-masing pasien. Jika menghentikan obat, lakukan secara bertahap dalam waktu 4–6 bulan.