Epidemiologi Abses Paru
Saat ini belum ada data epidemiologi abses paru yang terstruktur untuk mengestimasi beban penyakit ini secara global. Sejumlah laporan penelitian terpisah yang dilakukan antara tahun 1920–2000 menunjukkan bahwa mortalitas akibat abses paru telah jauh menurun berkat penemuan berbagai antibiotik dan perkembangan perawatan intensif.
Global
Hingga kini belum ada penelitian sistematik yang mempelajari data epidemiologi abses paru secara komprehensif. Studi oleh Cutler dan Schlueter menyatakan bahwa insiden abses paru mungkin berhubungan dengan karies gigi dan alkoholisme. Abses paru juga dilaporkan lebih mungkin terjadi pada orang berusia tua karena mereka memiliki insiden penyakit periodontal, disfagia, dan aspirasi yang lebih tinggi.[7,31]
Indonesia
Data epidemiologi untuk penyakit abses paru di Indonesia belum tersedia.
Mortalitas
Pada tahun 1920-an, mortalitas kasus abses paru dilaporkan mencapai 75%. Mortalitas ini kemudian menurun menjadi 20–35% seiring dengan dikenalnya drainase abses dan menurun menjadi 8,7% seiring dengan berkembangnya terapi antibiotik.[2,10]
Mortalitas yang mirip (7%) juga dilaporkan oleh studi di Taiwan pada tahun 1996–2004. Namun, suatu studi di Jepang pada tahun 1994–2008 melaporkan mortalitas yang jauh lebih rendah, yaitu hanya 1%. Perbedaan angka ini dapat disebabkan oleh perbedaan karakteristik pasien, patogen, maupun obat-obatan yang digunakan.[8,11]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur