Patofisiologi Abses Paru
Patofisiologi abses paru diawali dengan penyebaran patogen secara bronkogenik atau hematogenik. Penyebaran bronkogenik dapat ditemukan pada kasus abses paru akibat aspirasi sekret orofaring, obstruksi bronkial akibat tumor, benda asing, pembesaran kelenjar getah bening, dan malformasi kongenital. Sementara itu, penyebaran secara hematogenik dapat ditemukan pada abses paru yang disebabkan oleh sepsis akibat proses intraabdomen, endokarditis infektif, dan tromboembolisme septik.[2]
Aspirasi Sekret Orofaring
Aspirasi sekret orofaring merupakan salah satu penyebab abses paru yang paling sering ditemukan. Aspirasi dapat merusak jaringan saluran napas akibat cedera kimiawi dari aspirat atau akibat obstruksi alveolar oleh masuknya partikulat ke saluran napas.
Kerusakan jaringan tersebut menurunkan pertahanan saluran napas, sehingga aspirasi bakteri dalam jumlah yang cukup besar dan virulen dapat berkembang menjadi abses paru.Pembentukan abses membutuhkan waktu 1-2 minggu setelah aspirasi.[3-5]
Lebih dari separuh abses paru akibat aspirasi orofaring melibatkan kombinasi bakteri aerob dan anaerob. Bakteri anaerob yang sering ditemukan adalah basil gram negatif (Bacteroides sp. dan Prevotella sp.), Fusobacterium sp., dan Peptostreptococcus sp. Sementara itu, bakteri aerob yang umum ditemukan adalah Streptococcus milleri, Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, dan Staphylococcus aureus.[3-5]
Obstruksi Endobronkial
Obstruksi endobronkial akibat tumor juga menjadi salah satu faktor risiko abses paru. Walaupun mekanisme pasti yang mendasari hal ini belum diketahui, gangguan bersihan mukus yang ditemukan pada obstruksi bronkial akibat tumor diketahui meningkatkan risiko terbentuknya abses paru.[6]
Obstruksi bronkial diikuti dengan atelektasis, stasis, dan infeksi bakteri anaerob yang akan menyebabkan nekrosis pada jaringan paru. Oleh sebab itu, mikroba yang terlibat dalam abses paru akibat obstruksi endobronkial biasanya mirip dengan patogen yang terlibat pada patomekanisme aspirasi.[7]
Penyebaran Hematogen
Abses paru akibat penyebaran patogen secara hematogenik lebih jarang ditemukan daripada abses paru akibat aspirasi dan obstruksi endobronkial. Penyebaran secara hematogenik terjadi akibat masuknya bakteri dari lokasi infeksi ke dalam pembuluh darah dan ke sirkulasi paru, misalnya abses paru pada pengguna narkotika intravena.
Penggunaan jarum suntik yang tidak steril oleh pengguna narkotika injeksi dapat menyebabkan endokarditis yang melibatkan katup trikuspid dan berujung pada emboli septik. Endokarditis sisi kanan pada pengguna narkotika memungkinkan bakteri untuk masuk ke dalam sirkulasi paru dan selanjutnya menyebabkan abses.[6]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur