Edukasi dan Promosi Kesehatan Abses Paru
Edukasi dan promosi kesehatan yang perlu disampaikan kepada pasien abses paru adalah pentingnya kepatuhan menggunakan antibiotik peroral setelah masa pemberian antibiotik intravena di rumah sakit selesai. Antibiotik perlu digunakan dalam jangka yang cukup panjang. Ketidakpatuhan akan berisiko menyebabkan kegagalan terapi ataupun resistensi bakteri.
Edukasi Pasien
Dokter dapat menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan kemungkinan penyebab abses paru pada pasien. Identifikasi riwayat penyakit dahulu dan faktor risiko (misalnya penggunaan narkoba suntik atau alkoholisme) dapat memberikan dokter arah edukasi lanjutan untuk mencegah komplikasi dan rekurensi.[36,37]
Pasien diminta untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut yang baik. Selain itu, karena durasi pemberian antibiotik pada abses paru biasanya cukup panjang, pasien perlu mendapatkan informasi tentang pentingnya kepatuhan berobat untuk mencegah komplikasi, respons terapeutik yang suboptimal, serta resistensi antibiotik.[36,37]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pada pasien yang berisiko, abses paru dapat dicegah dengan mengurangi risiko aspirasi yang merupakan awal dari perjalanan penyakit. Hal ini terutama perlu diperhatikan pada pasien dengan kesadaran menurun, pasien dalam pengaruh obat anestesi, maupun pasien yang berisiko mengalami kejang.[38]
Pada kasus pneumonia aspirasi, upaya pencegahan abses paru dilakukan dengan pemberian antibiotik yang tepat dan segera. Penatalaksanaan segera dari efusi pleura juga perlu dilakukan untuk menghindari progresivitas menjadi abses paru.[38]
Pada pasien yang pernah mengalami abses paru, risiko kekambuhan dapat dikurangi dengan mengurangi paparan terhadap faktor risiko, seperti alkoholisme, penggunaan narkoba dan zat adiktif, serta kebersihan gigi dan rongga mulut yang buruk. Bila pasien memiliki risiko aspirasi cairan lambung yang tinggi, kurangi risiko tersebut dengan meminta pasien untuk memposisikan kepalanya lebih tinggi daripada badan saat tidur dan tidak mengonsumsi makanan berlebihan sebelum tidur.[39,40]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur