Epidemiologi Angioedema
Prevalensi global kasus angioedema adalah sekitar 40% dari pasien urtikaria, dan sekitar 10 % angioedema terjadi tanpa urtikaria. Data prevalensi nasional di Indonesia masih belum diketahui secara pasti. Risiko mortalitas karena angioedema terjadi akibat pembengkakan mukosa di saluran pernapasan dan organ dalam lainnya.[3,6,7,8]
Global
Organisasi Alergi Dunia (World Allergy Organization / WAO) menyatakan episode urtikaria adalah fenomena umum yang mempengaruhi 15-25 % individu selama hidupnya. Sekitar 40% dari pasien urtikaria mengalami angioedema. Dalam jumlah yang lebih kecil, sekitar 10%, angioedema hadir tanpa urtikaria.[3,6]
Di Amerika Serikat, prevalensi angioedema herediter sekitar 1:10.000 sampai 1:50.000. Insidensi angioedema akibat ACE inhibitor seperti captopril dan lisinopril berkisar antara 0,1-0,7%.[6,15]
Pada studi yang dilakukan di Italia dengan melibatkan 1.058 pasien angioedema tanpa urtikaria, ditemukan 42% merupakan angioedema idiopatik, 17% merupakan angioedema akibat penggunaan ACE inhibitor, 35,6% merupakan angioedema herediter dan 1,7% merupakan angioedema yang tidak diketahui penyebabnya.[16]
Indonesia
Data nasional mengenai jumlah penderita angioedema di Indonesia masih belum diketahui. Saat ini hanya tersedia data prevalensi dari berbagai rumah sakit.[17]
Mortalitas
Risiko mortalitas karena angioedema terjadi akibat pembengkakan mukosa di saluran pernapasan dan organ dalam lainnya. Onset yang cepat kadang mengakibatkan pasien mati sebelum sampai ke rumah sakit. Data rawat inap di rumah sakit mengindikasikan peningkatan insiden angioedema semua penyebab selama beberapa dekade terakhir.[7]
Di Amerika Serikat dilaporkan kunjungan gawat darurat tahunan untuk semua jenis angioedema telah mencapai lebih dari 108.000, dengan angka kematian yang salah satu penyebabnya karena angioedema ada 5.758 kematian. Studi tersebut menunjukkan bahwa pasien dengan etiologi angioedema menyebabkan 0,06% dari seluruh penyebab kematian.[8]
Di Australia, pasien angioedema yang masuk ke rumah sakit relatif sama selama 14 tahun, yaitu 18.722, dengan prevalensi 80% berusia 30 tahun atau lebih; 55% adalah perempuan. Tercatat 26 kematian terkait angioedema selama 8 tahun; semua pasien berusia di atas 50 tahun dan 69% adalah perempuan.[7]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja