Diagnosis Makrognatia
Diagnosis makrognatia atau macrognathia ditegakkan bila terdapat tanda kelainan bentuk wajah berupa pembesaran abnormal maksila atau mandibula. Umumnya pasien mengeluh penampilan fisik dan gangguan mengunyah. Pemeriksaan penunjang yang dapat menunjukkan kelainan bentuk maupun fungsi rahang di antaranya rontgen kepala lateral.
Anamnesis
Anamnesis pasien makrognatia biasanya datang dengan keluhan penampilan fisik, gangguan mengunyah, dan gangguan bicara. Keluhan juga dapat berupa overjet gigi atau abnormalitas pertemuan gigi atas dan bawah.[4,6,8]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada makrognatia meliputi pemeriksaan profil wajah secara umum dan intraoral.
Pemeriksaan Profil Wajah
Diagnosis makrognatia dapat terlihat dari pemeriksaan profil wajah dan hubungan jaringan lunak. Regio wajah bawah terlihat membesar karena protrusi mandibula. Pada sebagian pasien yang ekstrim, sindrom wajah panjang (long face syndrome) dapat terjadi. Area paranasal, garis pipi, dan lipatan nasolabial tampak datar. Kontak bibir atas dan bawah inadekuat atau bahkan tidak bertemu, sehingga mengganggu penutupan bibir dan pembentukan segel oral. Profil wajah secara keseluruhan tampak cekung (concave) dan eversi pada bibir bawah. Maksila kurang berkembang terutama pada daerah premaksila. Terdapat hambatan pertumbuhan ke arah bawah dan belakang pada regio gonial. Kondilus mengarah ke atas dan belakang.[8]
Pemeriksaan Intraoral
Pada pemeriksaan intraoral, evaluasi oklusi pasien menunjukkan maloklusi kelas III, yaitu molar pertama maksila terletak lebih posterior daripada lekuk mesiobukal molar pertama mandibula. Oklusi dapat berupa crossbite anterior atau bahkan oklusi terbuka. Overjet berkurang atau bahkan terdapat reverse overjet karena insisivus mandibula terletak lebih anterior daripada seharusnya, dalam hubungannya dengan insisivus maksila. Terdapat kemiringan insisivus mandibula ke arah lingual.[2,4,6,8]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding makrognatia mencakup kondisi-kondisi sebagai berikut:
- Hiperplasia hemimandibula: pembesaran 3 dimensi mandibula pada satu sisi, yaitu kondilus, leher kondilus, serta ramus ascending dan horizontal. Simfisis tidak terpengaruh. Manifestasi klinis berupa peningkatan ketinggian vertikal wajah sepertiga tengah dan bawah serta batas bawah mandibula yang melengkung ke bawah. Etiologi diduga anomali genetik atau trauma saat perkembangan embrio
- Pemanjangan hemimandibula: pemindahan mandibula dan dagu secara horizontal ke arah sisi sehat, tetapi korpus mandibula kedua sisi terletak pada ketinggian yang sama. Dapat terjadi unilateral atau bilateral, atau bersamaan dengan hiperplasia hemimandibula
- Hiperplasia kondilus: kondisi terbatas pada kondilus
Simple mandibular asymmetries: perkembangan mandibula tidak simetris
Gigantisme: pertumbuhan abnormal berlebih akibat aktivitas IGF-I (insulin like growth factor I) ketika lempeng epifisis masih terbuka saat anak-anak
- Akromegali: menyerupai gigantisme tetapi terjadi setelah lempeng pertumbuhan kartilago berfusi pada dewasa
- Postur tinggi familial, obesitas eksogenus, gigantisme serebral (sindrom Sotos), sindrom Weaver, mutasi reseptor estrogen, kompleks Carney, sindrom McCune-Albright, pseudoakromegali, pachydermoperiostosis, sindrom Beckwith-Wiedemann, hiperplasia adrenal kongenital, sindrom Fragile X, sindrom Marfan, hiperinsulinisme, pseudopubertas precocious, pubertas precocious[7,10]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang membantu diagnosis makrognatia adalah pencitraan dengan rontgen dan CT scan kepala untuk mengevaluasi mandibula. Rontgen sefalometri lateral berguna untuk mengevaluasi beberapa hal sebagai berikut:
- Sudut ANB (poin A–nasion–poin B), yang merupakan parameter krusial untuk menentukan pola skeletal kelas I, II, atau III. Nilai rata-rata sudut ANB 2-4 derajat. Pada pasien dengan makrognatia dengan prognatia, nilai ini lebih kecil atau bahkan negatif[4,8]
- SNB (sudut sella–nasion–poin B), yang menunjukkan posisi anteroposterior dasar mandibula relatif terhadap dasar kranium. Nilai rata-rata SNB pada populasi adalah 80 derajat, sementara makrognatia dan prognatia akan menunjukkan nilai sudut yang lebih besar[4,8]
- Bersama SNB, sudut sella–nasion–pogonion merupakan parameter penting untuk menilai ukuran mandibula. Pada pasien dengan prognatia akan menunjukkan nilai lebih besar dari rata-rata, yaitu 81 derajat[2,8]
- Sudut sella–nasion–poin A berguna untuk mendeteksi adanya hipoplasia maksila yang menyertai. Dengan nilai rata-rata populasi Eropa 82 derajat, pasien hipoplasia maksila akan memiliki nilai yang lebih kecil[2,8]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri