Epidemiologi Peripheral Artery Disease
Data epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian peripheral artery disease (PAD) atau penyakit arteri perifer meningkat seiring pertambahan usia. Prevalensi PAD ekstremitas bawah dilaporkan sebesar 8% pada pasien usia 60-64 tahun dan meningkat secara progresif hingga mencapai 25% pada pasien berusia ≥90 tahun.[6,11]
Global
PAD pada ekstremitas bawah dilaporkan dialami oleh lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia. Setelah penyakit arteri koroner dan stroke, PAD merupakan penyakit kardiovaskular aterosklerotik ketiga yang paling sering terjadi.
Di Eropa, data tahun 2019 memperkirakan bahwa terdapat sekitar 29,5 juta orang hidup dengan PAD. Prevalensi PAD meningkat secara signifikan seiring bertambahnya usia, yang mana prevalensi PAD ekstremitas bawah di seluruh dunia pada individu 60-64 tahun adalah sekitar 8% dan secara progresif meningkat menjadi sekitar 25% pada individu berusia ≥90 tahun.[11]
Indonesia
Belum ada data nasional mengenai epidemiologi PAD di Indonesia. Meski demikian, mengingat prevalensi dari faktor risiko PAD di Indonesia, seperti merokok dan diabetes, cukup tinggi, maka kemungkinan besar angka kejadian PAD juga tinggi.
Mortalitas
Dalam kurun waktu 5 tahun sejak diagnosis PAD ditegakkan, risiko amputasi dilaporkan antara 1-3,3% dan tingkat mortalitas dilaporkan sebesar 20%. Jika pasien PAD mengalami critical limb ischemia, tingkat morbiditas dan mortalitas meningkat signifikan, dengan risiko amputasi 30% setelah setahun dan mortalitas 50% dalam 5 tahun.
Sebuah studi potong lintang yang melibatkan 2.730.742 pasien dengan PAD melaporkan tingkat mortalitas pasien yang memerlukan amputasi kaki 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa amputasi.[2]
Penulisan pertama oleh: dr. Imanuel Natanael Tarigan