Epidemiologi Hematoma Subungual
Belum ada data epidemiologi spesifik mengenai insiden ataupun prevalensi hematoma subungual. Meski begitu, hematoma subungual diketahui paling banyak terjadi akibat trauma. 50% kasus hematoma subungual memerlukan tindakan trepinasi.[17]
Global
Hematoma subungual, avulsi lempeng kuku, dan fraktur falang distal merupakan contoh trauma ujung jari dan kuku. Trauma ini dapat dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa, dengan insiden tertinggi ditemukan pada usia 4–30 tahun.
Meskipun hematoma subungual merupakan jenis trauma yang umum terjadi, tetapi literatur mengenai epidemiologi masih sangat terbatas. Pada anak-anak, terjepit pintu atau jendela telah dilaporkan sebagai mekanisme yang paling sering menyebabkan trauma pada kuku, yaitu sekitar 77% kasus. Pada orang dewasa, hematoma subungual biasanya terjadi akibat tertimpa benda berat saat melakukan pekerjaan.[2,10,11]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi mengenai hematoma subungual di Indonesia.
Mortalitas
Hematoma subungual tidak berkaitan secara langsung dengan mortalitas. Meski demikian, nyeri yang ditimbulkan hematoma subungual biasanya cukup berat dan dapat menurunkan produktivitas. Tindakan trepinasi dapat menghilangkan rasa nyeri.[5,12]