Etiologi Scarlet Fever
Etiologi scarlet fever atau skarlatina adalah infeksi Streptococcus pyogenes, yaitu bakteri kokus gram-positif yang tumbuh dalam bentuk seperti rantai. Faktor risiko scarlet fever antara lain usia anak-anak, jenis kelamin laki-laki, dan lingkungan padat.[1,3]
Etiologi
Bakteri Streptococcus pyogenes penyebab scarlet fever termasuk dalam kelompok Group A Streptococcus (GAS) pada sistem klasifikasi Streptococcus â-hemolitikus. Streptococcus â-hemolitikus merupakan kelompok bakteri yang dapat menyebabkan destruksi menyeluruh sel darah merah. Manifestasi klinis muncul akibat eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri.[1,3]
Faktor Risiko
Scarlet fever adalah penyakit infeksi yang menyebar melalui kontak kulit langsung atau droplet sekret hidung/saliva penderita faringitis akibat GAS. Oleh karena itu, faktor risiko penyakit ini adalah anak-anak, jenis kelamin laki-laki, dan berada di lingkungan padat.[3,5]
Usia Muda
Scarlet fever dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih sering mengenai anak usia 5‒15 tahun. Studi epidemiologi di Shenyang, Cina, menemukan 2.314 kasus scarlet fever pada tahun 2018, di mana 96,97% kasus terjadi pada anak usia 3‒11 tahun.[3,8]
Jenis Kelamin Laki-laki
Insidensi scarlet fever ditemukan lebih tinggi pada laki-laki. Penelitian di Cina mendapatkan insidensi pada anak laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dengan rasio 1,66:1. Hal ini mungkin disebabkan aktivitas yang lebih tinggi pada anak laki-laki.[9,10]
Lingkungan Padat
Lingkungan yang padat menjadi salah satu risiko penularan scarlet fever, seperti sekolah atau tempat penitipan anak. Studi di Cina pada tahun 2018 mendapatkan puncak insidensi penyakit ini pada musim panas dan musim dingin. Hal ini dikaitkan dengan waktu anak menjalani aktivitas sekolah. Studi lain di Hongkong mendapatkan insidensi scarlet fever lebih rendah pada waktu libur sekolah.[3,8,9]
Selain itu, scarlet fever ditemukan lebih tinggi pada daerah perkotaan daripada pedesaan. Kasus juga didapatkan lebih tinggi pada negara berkembang, yang mungkin dikarenakan lingkungan tempat tinggal yang lebih padat dan sosioekonomi rendah.[1,8]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini