Diagnosis Tinea Unguium
Diagnosis tinea unguium dapat ditegakkan secara klinis di mana umumnya ditemukan perubahan warna kuku disertai keluhan gatal. Pemeriksaan penunjang untuk tinea unguium di antaranya melalui pemeriksaan mikroskopis dengan kalium hidroksida (KOH) dan kultur.[1,8,10]
Anamnesis
Infeksi jamur pada kuku kaki biasanya asimptomatik, tetapi pasien bias menyadari adanya perubahan warna kuku dan gatal akibat tinea pedis yang mendahului tinea unguium. Pada anamnesis, bisa digali durasi, progresi penyakit, dan riwayat terkait.
Pasien biasanya datang karena alasan kosmetik tanpa ada keluhan lain yang signifikan. Perlu ditanyakan onset penyakit dan kapan keluhan tersebut menimbulkan gejala lain. Gali riwayat terkait lesi, seperti dari kuku jari ke berapa lesi dimulai, lokasi spesifik lesi, dan juga pola penyebarannya.
Riwayat pengobatan yang sudah dilakukan terkait keluhan harus ditanyakan untuk mempertimbangkan kemungkinan adanya resistensi, efek samping obat, atau respon pengobatan. Gali pula apakah pengobatan yang sudah dijalani dapat memperingan atau memperberat keluhan.[5,12]
Riwayat penyakit yang menjadi faktor risiko seperti diabetes mellitus, penyakit vaskuler perifer, HIV, penyakit autoimun, dan kondisi lain yang dapat mensupresi sistem imun perlu ditanyakan. Riwayat penyakit keluarga seperti adanya anggota keluarga yang mengalami kejadian serupa juga diperlukan.
Riwayat sosial dan ekonomi yang berhubungan dengan tinea unguium adalah tempat tinggal yang lembab dan panas, penggunaan sepatu yang terlalu ketat, riwayat pekerjaan, dan kebiasaan ke tempat umum atau penggunaan barang-barang yang dipakai banyak orang.[3,6,9-11]
Pemeriksaan Fisik
Tinea unguium dapat tampak sebagai perubahan warna pada kuku mulai dari putih, kuning, hingga kecoklatan. Perubahan bentuk dan struktur kuku juga dapat terjadi.
Distolateral Subungual Onychomycosis (DLSO)
Tipe ini merupakan tipe yang paling sering terjadi. Penyebab terbanyak terjadinya tinea unguium pada tipe ini adalah Trichophyton rubrum dan Trichophyton interdigitale.
Awalnya, fungi akan menginvasi stratum korneum pada hiponikium dan bagian distal dari dasar kuku, membentuk opasitas yang berwarna keputihan hingga kuning kecoklatan. Infeksi lalu menyebar ke arah proksimal dari dasar kuku ke bagian ventral dari lempeng kuku. Hiperproliferasi dari dasar kuku merupakan respons inflamasi ringan dari infeksi, menghasilkan hiperkeratosis subungual.
Beberapa teori menyebutkan bahwa hiperkeratosis subungual ini memisahkan dan mengangkat lempeng kuku hingga 45 derajat (onikolisis). Sementara itu, invasi yang progresif pada lempeng kuku menghasilkan peningkatan distrofi pada kuku. Matriks biasanya tidak terlibat, dan produksi dari lempeng kuku yang normal tidak terganggu walau terdapat infeksi fungi.[5,6,10]
Proximal Subungual Onychomycosis (PSO)
Tipe ini merupakan tipe yang jarang ditemui. Tipe PSO sering dihasilkan dari infeksi pada bagian proksimal lipatan kuku. Penyebab terjadinya tinea unguium pada tipe ini adalah Trichophyton rubrum dan Trichophyton megninii.
Tipe PSO tampak sebagai opasitas pada bagian proksimal lipatan kuku yang berwarna putih hingga krem. Opasitas ini secara bertahap akan meluas ke seluruh kuku dan muncul sebagai hiperkeratosis subungual, leukonikia, onikolisis proksimal, hingga destruksi keseluruhan kuku. Tipe ini lebih sering terjadi pada kuku kaki. Pasien dengan tipe ini harus diskrining HIV karena tipe ini dapat menjadi penanda penyakit HIV. Selain HIV, tipe PSO juga sering berkaitan dengan kondisi yang disebabkan oleh kelainan pada sistem imun seperti lupus eritematosus sistemik.[5,6,10]
White Superficial Onychomycosis (WSO)
Tipe ini dihasilkan dari invasi secara langsung pada bagian dorsal lempeng kuku, sehingga tampak seperti plak yang berwarna putih kapur hingga kuning kusam dengan batas tegas dan tidak beraturan pada permukaan kuku.
Patogen penyebab tinea unguium pada tipe WSO adalah Trichophyton interdigitale, sedangkan pada populasi anak lebih sering disebabkan oleh Trichophyton rubrum dan lebih tampak difus karena lempeng kuku yang lebih tipis. Tipe WSO sering terjadi bersamaan dengan tipe DLSO.[5,6,10]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari tinea unguium yang perlu dipertimbangkan adalah psoriasis, liken planus, dan onikodistrofi traumatik.
Psoriasis Kuku
Terdapat banyak kemiripan manifestasi klinis dan histopatologis antara psoriasis dan tinea unguium. Pada psoriasis, gejala dan kuku yang terlibat biasanya lebih berat. Nail pitting juga lebih banyak ditemukan pada psoriasis dibandingkan tinea unguium. Gejala juga akan disertai manifestasi kulit dan riwayat keluarga psoriasis.[13]
Liken Planus
Liken planus biasanya mempengaruhi lebih banyak kuku. Pada beberapa kasus, bahkan hampir semua kuku terkena. Pada liken planus akan ditemukan penipisan kuku dan longitudinal ridging, serta manifestasi kulit dari liken planus.[13]
Onikodistrofi Traumatik
Onikodistrofi traumatik biasanya hanya mengenai satu kuku. Akan ditemukan onikolisis distal dan pada pemeriksaan penunjang tidak akan ditemukan elemen-elemen jamur.[13]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis tinea unguium yaitu pemeriksaan laboratorium yang bertujuan untuk mengetahui adanya dermatofita pada kuku melalui sampel kuku yang diambil dari dasar kuku (untuk tipe DLSO), permukaan kuku yang terinfeksi (pada tipe WSO), atau biopsi.[6,10]
Pengambilan Sampel
Gunting kuku sekitar 1 mm dari hiponikium, daerah ini memiliki stratum korneum yang tebal. Bila tidak bisa, ambil sampel dari lempeng kuku di daerah subungual. Kuku yang sudah dipotong diusap kembali dengan alkohol. Setelah itu, dengan menggunakan kuret bergerigi 1 mm atau 2 mm yang sudah steril, ambil debris subungual distal paling luar, kemudian buang spesimen ini.
Ulangi kembali pengusapan dengan alkohol, bersihkan juga kuret menggunakan alkohol. Posisikan media penampungan spesimen di bawahnya, kemudian ambil kembali sampel pada subungual yang lebih proksimal.[5]
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dapat secara spesifik mengidentifikasi pathogen, terutama dalam membedakan dermatofita dengan jamur lain berdasarkan morfologinya. Sampel dari debris subungual yang sudah diambil diberikan tetes KOH 10% dan diperiksa di bawah mikroskop untuk diidentifikasi morfologinya. Pada dermatofita, akan ditemukan struktur hifa yang bersekat, panjang, dan tipis.[5,6]
Kultur Fungi
Tujuan utama kultur fungi adalah untuk mengisolasi patogen dan untuk mengetahui antifungal oral yang tepat bila dibutuhkan. Media kultur yang digunakan adalah media Saboraud atau Saboraud yang dimodifikasi. Media ini memfasilitasi pertumbuhan dermatofita untuk selanjutnya secara mikroskopis diidentifikasi morfologi, mikronidia dan makronidianya.[6,10]
Pemeriksaan Histologi
Pemeriksaan histologi dapat dilakukan melalui biopsi kuku. Fungsi pemeriksaan histologi adalah untuk mendeteksi dinding sel fungi atau elemen fungi pada spesimen. Pada pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS) elemen fungi akan terwarna merah muda sedangkan pada pewarnaan Grocott methenamine silver (GMS) akan terwarna hitam.[6]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri