Etiologi Tinea Unguium
Etiologi tinea unguium yang paling sering adalah Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes v. interdigitale, yang terlibat dalam 90% kasus onikomikosis. T. tonsurans dan E. floccosum juga dapat menjadi agen kausatif.
Penelitian retrospektif selama sepuluh tahun yang dilakukan di Singapore menunjukkan dari 229 kultur spesimen, dermatofita yang paling banyak ditemukan adalah Trichophyton rubrum (40,6%), Trichophyton mentagrophytes (26,2%) dan Trichophyton spp yang tidak bisa diidentifikasi (24,9%).
Penelitian di Tunisia yang menyelidiki tentang prevalensi, etiologi, dan faktor risiko dari tinea pedis dan tinea unguium pada tahun 2017 juga menunjukkan dermatofita terbanyak yang menjadi etiologi mikosis pada kaki (tinea pedis dan tinea unguium) adalah Trichophyton rubrum (98,1%).[3,8,9]
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya tinea unguium adalah usia yang lebih tua, jenis kelamin laki-laki, kondisi penyakit vaskular perifer, trauma, hiperhidrosis dan keadaan imunosupresi seperti HIV, diabetes mellitus, penggunaan obat-obatan yang menyebabkan imunosupresi, dan kondisi atopi.
Faktor risiko sekunder antara lain pemakaian alas kaki tertutup, oklusif, atau yang terlalu ketat, serta penggunaan benda-benda yang dipakai bersama. Tinea unguium sering diawali dengan tinea pedis terlebih dulu sebelum meluas ke dasar kuku.
Selain faktor risiko yang sudah disebutkan, penelitian di Tunisia menunjukkan terdapat prevalensi yang lebih tinggi dari tinea pedis dan tinea unguium pada subjek yang rutin mempraktikan ritual mencuci untuk ibadah (berwudhu). Hal tersebut menyebabkan maserasi pada kaki yang merupakan faktor risiko penetrasi jamur ke stratum korneum. Hal ini juga dapat dikaitkan dengan penyebaran fungi di area-area yang digunakan untuk berwudhu dan karpet pada masjid.
Sementara itu penelitian di Israel menunjukkan peningkatan risiko tinea pedis dan onikomikosis pada pegawai kolam renang di area Netaya, Israel. Penelitian ini menunjukkan sebanyak 46% pegawai kolam renang mengalami tinea pedis rekuren dan onikomikosis. Pada kelompok ini, disimpulkan risiko meningkat 20 kali lebih banyak untuk terjadinya tinea pedis dan onikomikosis, 15 kali lebih banyak untuk terjadinya tinea pedis saja, dan 3 kali lebih banyak untuk terjadinya onikomikosis saja bila dibandingkan pada kelompok kontrol.[3,6,9-11]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri