Diagnosis Hipoparatiroid
Diagnosis hipoparatiroid ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala akibat hipokalsemia yang dapat dijumpai pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang menunjukkan defisiensi hormon paratiroid (PTH).
Anamnesis
Anamnesis dapat menunjukkan keluhan pasien akibat hipokalsemia yang disebabkan hipoparatiroid. Pasien yang mengalami penurunan drastis kalsium serum setelah pembedahan di leher umumnya mengalami gejala klinis lebih berat dibandingkan dengan pasien dengan hipokalsemia kronis.[1,7]
Beberapa gejala tersebut adalah myoclonic jerk, kedutan, parestesia, hiperiritabilitas, fatigue, kejang, suara serak akibat laringospasme, sesak napas akibat bronkospasme, dan kram otot. Hipokalsemia serebral juga dapat mengakibatkan kejang awitan baru.[1,2]
Perlu ditanyakan riwayat pembedahan, terutama area kepala dan leher untuk menentukan etiologi hipoparatiroid. Pada pasien tanpa riwayat pembedahan, perlu ditanyakan riwayat hipoparatiroid pada keluarga.[7]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien hipoparatiroid dapat menunjukkan gejala klasik akibat hipokalsemia, seperti bradiaritmia dan mengi.[7]
Pemeriksaan fisik yang umum dilakukan pada pasien hipoparatiroid dengan hipokalsemia adalah penilaian tanda Chvostek dan Trousseau.
Tanda Chvostek
Pemeriksaan tanda Chvostek dilakukan dengan mengetuk nervus fasialis di depan telinga. Chvostek positif ditandai dengan kedutan otot-otot wajah ipsilateral yang mengakibatkan kontraksi bibir atas dan hidung hingga separuh wajah pada hipokalsemia berat. Perlu diingat bahwa tanda Chvostek dapat positif pada 15% individu dengan kalsium serum normal.[1]
Tanda Trousseau
Pemeriksaan tanda Trousseau dilakukan dengan melilitkan cuff tensimeter pada lengan. Cuff dikembangkan hingga 10-20 mmHg di atas tekanan sistolik dan didiamkan selama 3 menit, sehingga menghambat jalur arteri brakialis. Pada pasien hipokalsemia, kombinasi hyperexcitability pada otot dan kurangnya suplai darah mengakibatkan nyeri dan fleksi pergelangan tangan dan sendi metakarpofalangeal, ekstensi sendi interfalangeal distal dan proksimal, serta abduksi jari-jari.[1,3]
Pemeriksaan Fisik Lain
Pemeriksaan fisik mata dan neurologi juga penting untuk dilakukan karena hipoparatiroid meningkatkan risiko pasien mengalami katarak dan kalsifikasi otak, terutama di ganglia basalis.[3]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding hipoparatiroid meliputi kelainan yang mengakibatkan hipokalsemia sehingga menimbulkan gejala serupa hipoparatiroid, antara lain pseudohipoparatiroid dan hipomagnesemia.
Hipomagnesemia
Hipomagnesemia dapat mengakibatkan hipokalsemia yang resisten terhadap pemberian kalsium dan vitamin D. Hipomagnesemia dapat disebabkan hilangnya magnesium melalui ginjal atau saluran cerna (misalnya pada diare kronik atau reseksi usus halus). Pasien hipomagnesemia dan hipoparatiroid sama-sama memiliki karakteristik hipokalsemia disertai nilai hormon paratiroid rendah atau normal.
Hipomagnesemia mengakibatkan defisiensi hormon paratiroid dengan menekan sekresi hormon paratiroid. Koreksi magnesium segera dapat mengoreksi kadar hormon paratiroid dengan cepat, karena itu perlu dilakukan pemeriksaan magnesium pada pasien dengan defisiensi hormon paratiroid dan hipokalsemia.[10]
Pseudohipoparatiroid
Pseudohipoparatiroid (PHP) merupakan kelainan endokrin langka yang ditandai resistensi pada hormon paratiroid. Baik pseudohipoparatiroid dan hipoparatiroid primer sama-sama menunjukkan gejala klinis hipokalsemia. Namun, pada PHP didapatkan peningkatan hormon paratiroid, sedangkan pada hipoparatiroid didapatkan defisiensi hormon paratiroid.[11]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang utama untuk mendiagnosis hipoparatiroid adalah pemeriksaan hormon paratiroid dan kalsium serum.
Hormon Paratiroid (PTH)
Pemeriksaan hormon paratiroid (PTH) wajib dilakukan untuk menegakkan diagnosis hipoparatiroid. Pada hipoparatiroid primer, akan didapatkan defisiensi hormon paratiroid disertai rendahnya kalsium serum. Sedangkan pada hipoparatiroid sekunder, kalsium serum meningkat. Pada pseudohipoparatiroid, hormon paratiroid serum meningkat akibat resistensi hormon paratiroid yang disebabkan mutasi pada sistem reseptor hormon paratiroid.[2]
Kalsium
Gejala klasik hipoparatiroid merupakan efek hipokalsemia, karena itu penting untuk mengetahui kadar kalsium serum untuk menegakkan diagnosis. Kondisi hipoparatiroid primer dapat dikonfirmasi dengan adanya minimal dua kali pemeriksaan yang menunjukkan kalsium serum atau ion kalsium rendah disertai defisiensi hormon paratiroid. Hipokalsemia selama minimal 6 bulan pascabedah disertai nilai hormon paratiroid rendah atau normal merupakan tanda diagnostik hipoparatiroid surgikal permanen.[2,7]
Albumin
Pemeriksaan albumin total perlu dilakukan karena 50% kalsium serum terikat pada albumin. Nilai kalsium total tidak dapat ditentukan tanpa mengetahui nilai total albumin. Pada setiap 1 gr/dL penurunan albumin, nilai kalsium serum total menurun sebanyak 0,8 mg/dL.[2,3]
Magnesium Serum
Hipomagnesemia dapat menyebabkan defisiensi hormon paratiroid yang selanjutnya mengakibatkan hipokalsemia. Pemeriksaan magnesium serum dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding hipomagnesemia.[2,3]
Fosfat Serum
Pada defisiensi hormon paratiroid, terjadi peningkatan fosfat serum.[2,3]