Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Hipoparatiroid general_alomedika 2024-11-12T09:01:08+07:00 2024-11-12T09:01:08+07:00
Hipoparatiroid
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Hipoparatiroid

Oleh :
dr.Krisandryka
Share To Social Media:

Penatalaksanaan hipoparatiroid bertujuan untuk menghilangkan gejala, meningkatkan dan menjaga kadar kalsium, serta mencegah terbentuknya batu ginjal. Penatalaksanaan utama hipoparatiroid adalah suplementasi kalsium dan vitamin D.

Perlu dilakukan pemantauan fungsi ginjal, fosfor, dan kalsium serum secara berkala pada pasien hipoparatiroid yang mendapat terapi tersebut.

Tata Laksana Nonbedah

Tata laksana nonbedah pada pasien paratiroid meliputi tata laksana hipokalsemia akut dan kronis. Tujuan terapi adalah mempertahankan kadar kalsium serum di batas bawah nilai normal.

Tata Laksana Hipokalsemia Akut

Pada pasien hipoparatiroid, hipokalsemia akut dapat memerlukan penatalaksanaan kalsium intravena di rumah sakit. Kalsium glukonat 10% 1-2 gram dalam 50 ml dekstrosa 5% diberikan secara bolus dalam 20 menit, dilanjutkan dosis kontinyu intravena sebanyak 1-3 mg/kg/jam. Lakukan pemantauan kondisi jantung selama pemberian kalsium intravena.[7]

Selain itu, suplemen kalsium oral dan vitamin D aktif (calcitriol) dapat dimulai. Dosis awal calcitriol adalah 0,25 mcg dua kali sehari dan dapat dititrasi hingga 2 mcg dua kali sehari jika diperlukan. Koreksi hipomagnesemia juga perlu dilakukan karena magnesium serum rendah menyebabkan supresi sintesis dan sekresi hormon paratiroid, serta resistensi jaringan terhadap efek hormon paratiroid. Hipokalsemia disertai defisiensi magnesium pun resisten terhadap terapi kalsium atau vitamin D, tapi berespon cepat pada suplementasi magnesium.[3,7]

Tata Laksana Hipokalsemia Kronis

Tata laksana nonbedah hipoparatiroid adalah koreksi hipokalsemia berupa pemberian kalsium dan vitamin D. Target terapi adalah mempertahankan kalsium serum sedikit di bawah batas minimal nilai rujukan dan pasien tidak mengalami tanda dan gejala hipokalsemia.[2,3]

Berdasarkan European Society of Endocrinology, tata laksana dimulai pada pasien hipoparatiroid kronis dengan gejala hipokalsemia atau kalsium serum < 2,0 mmol/L. Terapi dapat ditawarkan pada pasien asimptomatik dengan kalsium serum antara 2,0 mmol/L dan batas bawah nilai rujukan.[2]

Terapi medikamentosa primer yang diberikan berupa analog vitamin D aktif dan suplemen kalsium. Dosis suplemen vitamin D (calcitriol) 0,25-2 mcg/hari, sedangkan kalsium diberikan 1-2 gr/hari dalam dosis terbagi (kalsium sitrat atau karbonat). Titrasi dosis hingga pasien tidak mengalami gejala hipokalsemia dan kadar kalsium serum berada di rentang nilai target.[2,3]

Di Amerika Serikat, hormon paratiroid rekombinan (rhPTH(1-84)) tersedia sebagai opsi terapi untuk mengontrol hipokalsemia pada pasien hipoparatiroid kronik yang tidak dapat menjaga kadar kalsium dan urin stabil. Sebuah studi prospektif dengan sampel 33 pasien yang menjalani terapi hormon hingga 6 tahun menunjukkan bahwa pasien hipoparatiroid yang mendapat terapi rhPTH(1-84) lebih sedikit membutuhkan suplemen kalsium dan calcitriol, memiliki konsentrasi kalsium serum stabil, dan ekskresi kalsium urin berkurang.[2,3]

Namun, terapi pengganti hormon paratiroid sangat mahal dan masih belum diketahui apakah mengakibatkan efek samping jangka panjang. Pada hewan percobaan, pemberian hormon paratiroid meningkatkan risiko osteosarkoma, tetapi belum ada laporan serupa pada manusia.[3]

Pertimbangan Khusus

Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam tata laksana hipotiroid adalah:

  • Pada pasien dengan hiperkalsiuria (>200-250 mg/hari), pertimbangkan mengurangi asupan kalsium dan vitamin D, diet rendah garam, atau pemberian diuretik thiazide
  • Pada pasien dengan hiperfosfatemia, pertimbangkan intervensi diet dan penyesuaian terapi kalsium dan analog vitamin D
  • Pada pasien dengan hipomagnesemia, pertimbangkan terapi yang dapat meningkatkan magnesium serum[2,3]

Pemeriksaan fungsi ginjal, fosfor, dan kalsium harus dilakukan secara berkala pada pasien hipoparatiroid yang mendapat terapi kalsium dan calcitriol. Pada awal terapi, kadar kalsium sebaiknya diperiksa setiap beberapa minggu, selanjutnya dikurangi menjadi 3-6 bulan sekali. Defisiensi hormon paratiroid mengurangi reabsorpsi kalsium pada tubulus ginjal, sehingga meningkatkan risiko urolithiasis dan kalsifikasi ginjal.

Untuk mengurangi risiko tersebut, dosis terapi dititrasi untuk mempertahankan kadar kalsium serum di batas bawah nilai normal. Diharapkan hal tersebut dapat mencegah gejala hipokalsemia seperti kram otot dan parestesia sekaligus mengurangi risiko kalsifikasi ekstraskeletal atau batu ginjal.[3]

Tata Laksana Bedah

Pasien yang menjalani paratiroidektomi akibat hiperplasia paratiroid berisiko tinggi mengalami hipoparatiroid primer permanen. Untuk mencegahnya, pasien dapat menjalani autotransplantasi segmen kelenjar paratiroid, umumnya secara subkutan di lengan bawah atau leher. Jika autotransplantasi gagal, pasien mendapat terapi serupa pasien hipoparatiroid pada umumnya.[2]

Kehamilan dan Menyusui

Pada pasien yang mengalami hipoparatiroid selama kehamilan, perhatian khusus diperlukan setelah persalinan. Pasien bisa mengalami peningkatan kadar serum kalsitriol hingga melebihi dua kali normal selama periode akhir kehamilan dan masa laktasi. Oleh karenanya, pengukuran kadar serum kalsitriol diperlukan secara berkala.[13]

Referensi

1. Abate EG, Clarke BL. Review of Hypoparathyroidism. Front Endocrinol (Lausanne). 2017 Jan 16;7:172.
2. Gonzalez-Campoy JM. Hypoparathyroidism. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/122207-overview
3. Hans SK, Levine SN. Hypoparathyroidism. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441899/
7. Khan AA, Koch CA, Van Uum S, et al. Standards of care for hypoparathyroidism in adults: a Canadian and International Consensus. Eur J Endocrinol. 2019; 180(3):P1-P22. doi:10.1530/EJE-18-0609
13. D. Goltzman. Hypoparathyroidism. Uptodate. 2022.

Diagnosis Hipoparatiroid
Prognosis Hipoparatiroid

Artikel Terkait

  • Metode Terkini Deteksi Kelenjar Paratiroid Selama Operasi
    Metode Terkini Deteksi Kelenjar Paratiroid Selama Operasi
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 7 jam yang lalu
Obat batuk sesak untuk Ibu hamil
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter.Obat batuk sesak untuk Ibu hamil yang aman apa y?Apakah GG dan salbutamol aman untuk ibu hamil?
dr.Rahayu Mentari
Dibalas 21 jam yang lalu
Benjolan di pusat tanggal, bagaimana tatalaksananya?
Oleh: dr.Rahayu Mentari
2 Balasan
Alo Dokter, Ank usia 16 bulan.. benjolan d pusat terjadi setelah 2 bulan tali pusar tanggal.. tdk demam, dan tidak berbau.. mohon diskusi nya dok, tuk...
dr.Arini Gita Puspa
Dibalas 2 jam yang lalu
Webinar tahun 2025
Oleh: dr.Arini Gita Puspa
4 Balasan
ALO dokter, izin berdiskusi, apakah ada yang tahu kenapa webinar di tahun 2025 ini SKP tidak langsung terhitung di satu sehat, termasuk webinar dari...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.