Etiologi Protein-Losing Enteropathy
Etiologi dari protein-losing enteropathy (PLE) dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu penyakit tanpa erosi atau ulserasi mukosa, penyakit dengan erosi atau ulserasi mukosa, serta penyakit yang meningkatkan tekanan limfatik dan interstitial.
Penyakit Tanpa Erosi atau Ulserasi Mukosa
Merupakan sejumlah kondisi, baik kongenital atau didapat, yang dapat merusak keutuhan mukosa lambung, usus halus, atau kolon, dan dapat menyebabkan kebocoran protein ke dalam saluran pencernaan. Pada kondisi ini tidak terjadi erosi atau ulser tetapi dengan adanya kerusakan sel epitel akan menyebabkan terjadi malabsorbsi dan kebocoran dari protein plasma.[1,4]
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan hal ini antara lain lupus vasculitis, allergic IgE-mediated, hipersensitivitas tipe 1, infeksi (parasit, viral, dan bakteri), peningkatan permeabilitas interseluler, atau peningkatan permeabilitas kapiler.[1,4]
Ménétrier Disease
Ménétrier disease atau giant hypertrophic gastropathy, merupakan lesi di gaster yang paling umum menyebabkan kebocoran protein. Pasien biasanya mengalami dispepsia, nausea, emesis, edema, penurunan berat badan dan hipoproteinemia. Penonjolan tebal lipatan gaster dengan eksudat yang kaya akan protein sering terjadi. Kelenjar yang normal pada lambung digantikan oleh sel pengekskresi mucus, pengurangan sel parietal, serta menyebabkan hypochlorhydria atau achlorhydria. Keadaan seperti ini juga dapat mengurangi tight junction sehingga terjadi kebocoran protein.[1,5]
Allergic Gastroenteropathy
Allergic gastroenteropathy merupakan sindrom yang sering terjadi pada anak-anak. Namun, perlu diingat bahwa hal ini dapat terjadi juga pada orang dewasa. Gejala dari penyakit ini adalah nyeri abdomen, muntah, diare sporadik. Pada pemeriksaan didapatkan hipoproteinemia, anemia defisiensi besi, dan eosinophilia perifer. Penurunan signifikan dari serum protein dan albumin, serta IgA dan IgG dapat terjadi. Sementara itu, IgM dan transferin hanya mengalami sedikit penurunan. Karakteristik histologi dari penyakit ini adalah peningkatan eosinophilia di lamina propria, dan kristal Charcot-Leyden pada pemeriksaan feses.[1,6]
Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
Lupus eritematosus sistemik (SLE) merupakan penyakit autoimun sistemik yang sering diasosiasikan dengan PLE. Vaskulitis pada mesenterika dapat menyebabkan iskemia intestinal, edema, dan gangguan pada permeabilitas vaskuler intestinal. Seringkali lupus eritematosus sistemik (SLE) dapat mengakibatkan gastritis dan ulserasi mukosa, dimana keadaan ini menyebabkan kebocoran protein.[1]
Penyakit dengan Erosi atau Ulserasi Mukosa
Erosi atau ulserasi mukosa baik lokal maupun difus, dapat disebabkan oleh penyakit keganasan atau jinak. Tingkat keparahan kehilangan protein bergantung pada derajat kehilangan sel, inflamasi dan obstruksi yang disebabkan. Ulseratif yang difus dapat terjadi pada pasien dengan Crohn’s disease, kolitis ulseratif, atau kolitis pseudomembranosa.[1,2]
Hipoalbuminemia merupakan temuan yang sering terjadi pada keganasan. Walaupun umumnya disebabkan oleh gangguan pada pembentukan albumin, tetapi hal ini dapat juga terjadi karena kebocoran protein. Selain itu, PLE juga sering ditemukan pada pasien yang melakukan terapi penyakit keganasan, seperti kemoterapi, radiasi, dan transplantasi sumsum tulang.[1,2]
Penyakit yang Meningkatkan Tekanan Limfatik dan Interstitial
Kondisi ini dapat ditemukan pada limfangiektasia intestinal, dimana terjadi gangguan drainase limfa pada usus halus dan berkaitan dengan terjadinya dilatasi saluran limfe intestinal. Dilatasi kanal intestinal limfa yang disebabkan oleh terjadinya obstruksi limfe dapat menyebabkan ruptur sehingga terjadi kebocoran protein plasma, kilomikron, dan limfosit. Limfangiektasia intestinal dapat terjadi karena malformasi primer dari saluran limfe intestinal atau secara sekunder oleh penyebab lain seperti gagal jantung kanan.[1,4]
Limfangiektasia Intestinal Primer
Limfangiektasia primer ditandai dengan terjadinya ektasia pembuluh limfe pencernaan secara difus atau terlokalisir, dan disertai ketidaknormalan pembuluh limfe di bagian tubuh lainnya.[1,4]
Limfangiektasia Intestinal Sekunder
Kondisi ini paling sering disebabkan oleh sumbatan, kelainan katup jantung (insufisiensi katup trikuspid, stenosis pulmonal kongenital, atrial septal defect), dan pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal disebabkan oleh keganasan atau kemoterapi, infeksi, atau zat beracun. Ketika vena cava mengalami peningkatan tekanan, seperti pada gagal jantung atau constrictive pericarditis, maka lumen usus akan kongesti dan terjadi kebocoran cairan limfa dalam saluran gastrointestinal.[1,4,6]