Diagnosis Anemia Sideroblastik
Diagnosis anemia sideroblastik ditegakkan secara pasti melalui didapatkannya penurunan hemoglobin pada pemeriksaan darah dan adanya ring sideroblast pada apusan sumsum tulang.
Anemia sideroblastik didapat sering dikaitkan dengan sindrom myelodisplasia, tetapi juga dapat disebabkan oleh toksin seperti timbal. Anemia sideroblastik didapat akan menyebabkan anemia makrositik. Di sisi lain, anemia sideroblastik herediter atau kongenital disebabkan oleh mutasi terkait kromosom X atau autosomal. Anemia sideroblastik kongenital biasanya merupakan anemia mikrositik hipokromik. Tabel 1 menyajikan rangkuman perbedaan anemia sideroblastik didapat dan kongenital.[6,9,12]
Tabel 1. Perbedaan Anemia Sideroblastik Kongenital dan Didapat
Anemia Sideroblastik Kongenital | Anemia Sideroblastik Didapat | |||
Terkait kromosom X | Autosomal resesif | Maternal | Klonal | Paparan lingkungan |
Pasien anak dan remaja awal
| Onset awal kehidupan | Terjadi pada pasien usia dewasa di atas 40 tahun | ||
Anemia yang terjadi bersifat ringan-sedang. | Kondisi anemia yang terjadi bersifat berat. Umumnya disertai tuli sensorineural progresif dan diabetes mellitus. | Gejala anemia berat, disertai gambaran sitopenia, insufisiensi pankreas, asidosis laktat dan gagal tumbuh. | Tidak ada faktor risiko paparan lingkungan yang dapat menjelaskan kondisi pasien Terdapat gambaran myelodysplasia pada apusan biopsi sumsum tulang. | Ada riwayat paparan alkohol, timbal maupun arsenik, sedang dalam konsumsi obat-obatan tertentu, defisiensi tembaga maupun overdosis zinc.
|
Tipe tersering di antara anemia sideroblastik kongenital | Tipe tersering adalah tipe anemia megaloblastik sideroblastik yang responsif dengan terapi thiamine. |
Sumber: dr. Reren, Alomedika. 2022.[6,9,12]
Anamnesis
Anamnesis pasien anemia sideroblastik dilakukan dengan menanyakan keluhan terkait kondisi anemia seperti lemas, rasa berdebar dan sesak napas. Perlu juga digali mengenai riwayat merokok, konsumsi alkohol dan paparan radioaktif terkait pekerjaan, contohnya timbal dan arsenik. Tanyakan pula riwayat operasi bariatrik sebelumnya, serta riwayat penyakit gastrointestinal pada pasien. Hal ini berkaitan dengan risiko defisiensi nutrisi seperti piridoksin dan thiamine.[9,11]
Gejala Umum Anemia
Pasien dengan anemia sideroblastik akan mengeluhkan gejala umum anemia, seperti malaise, kelelahan, dan dispnea saat beraktivitas.[6,9]
Faktor Risiko
Anemia sideroblastik kongenital berkaitan dengan adanya mutasi kromosom yang dapat diturunkan, baik terkait kromosom X ataupun secara autosomal. Oleh karenanya, dokter perlu menanyakan riwayat keluarga dengan keluhan serupa. Anemia sideroblastik kongenital umumnya terdiagnosis pada masa kanak-kanak.
Di lain pihak, anemia sideroblastik didapat umumnya didiagnosis saat remaja atau dewasa. Kondisi ini seringnya berkaitan dengan sindrom myelodisplasia, namun dapat juga berkaitan dengan penyebab lain seperti defisiensi vitamin B6 atau piridoksin, penyalahgunaan alkohol, serta konsumsi zinc berlebih.
Beberapa obat yang telah dikaitkan dengan anemia sideroblastik didapat adalah chloramphenicol, cycloserine, isoniazid, linezolid, dan pyrazinamide. Faktor risiko lain adalah paparan toksin seperti timbal.[4-6]
Bentuk Khusus: Anemia Sideroblastik dan Ataksia Spinoserebelar
Bentuk langka dari anemia sideroblastik adalah anemia sideroblastik sindromik terkait mutasi kromosom X, dimana terjadi anemia hipokromik mikrositik derajat ringan-sedang yang disertai ataksia spinoserebelar onset dini. Ataksia dapat bersifat progresif lambat ataupun tidak progresif. Selain gejala anemia dan ataksia, pasien juga dapat mengalami inkoordinasi, disartria, tremor, serta disdiadokokinesis.[4,5,9]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, hasil yang ditemukan adalah gambaran klinis anemia secara umum, seperti membran mukosa yang tampak pucat, konjungtiva anemis, serta perubahan bentuk nail bed akibat anemia kronik. Pada pemeriksaan tanda vital bisa didapatkan kondisi hipotermia, hipotensi, dan takikardia. Anak dengan anemia sideroblastik bisa mengalami gangguan pertumbuhan jika dilakukan pengukuran antropometri.[11]
Pemeriksaan mata dapat ditemukan konjungtiva anemis dan sklera ikterik. Pada pemeriksaan oral bisa ditemukan gambaran garis timbal pada margin gigi jika anemia sideroblastik disebabkan oleh intoksikasi timbal. Pada kulit bisa tampak gambaran porfiria dan petekie, terutama pada kondisi sindrom myelodisplasia. Jika pasien mengalami bentuk sindromik, maka pada pemeriksaan neurologi bisa ditemukan ataksia, penurunan refleks tendon, dan inkoordinasi.[5]
Kegagalan utilisasi zat besi dapat menyebabkan kelebihan zat besi di seluruh sistem organ, terutama hati dan jantung. Hal ini dapat mengakibatkan toksisitas zat besi, sehingga pasien dengan anemia sideroblastik dapat menunjukkan tanda klinis gagal hati akut atau sirosis hepatis karena akumulasi besi di hati ataupun gagal jantung karena akumulasi besi di jantung.[4,5]
Diagnosis Banding
Selain membedakan apakah anemia sideroblastik bersifat kongenital atau didapat, dokter juga perlu memikirkan kemungkinan penyebab anemia lainnya, termasuk thalassemia dan defisiensi besi.
Anemia Penyakit Kronis
Pada anemia akibat penyakit kronis, hasil laboratorium akan menunjukkan peningkatan penanda peradangan seperti c-reactive protein (CRP) dan laju endap darah (LED). Anemia penyakit kronis bisa dialami oleh pasien dengan berbagai kondisi medis, seperti keganasan dan infeksi kronis. Berbeda dengan anemia sideroblastik, pada anemia penyakit kronis tidak ditemukan adanya ring sideroblast pada apusan sumsum tulang.
Anemia Defisiensi Besi
Pada kasus anemia defisiensi besi akan didapatkan kadar ferritin yang rendah, red cell distribution (RDW) meningkat, dan kadar retikulosit rendah. Selain itu, pada anemia defisiensi besi tidak terdapat ring sideroblast pada apusan sumsum tulang.
Thalassemia
Berbeda dengan anemia sideroblastik, pasien thalassemia menunjukkan gambaran khas facies Cooley, yaitu hipertrofi maksila, dahi menonjol, jarak kedua mata melebar, mata menyipit, dan maloklusi gigi. Kemudian, pada gambaran apusan darah tepi pasien thalassemia akan didapatkan mikrositik hipokrom, anisositosis, poikilositosis, basophilic stippling, sel target, dan eritrosit berinti.[4-9]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnostik anemia sideroblastik yang paling utama adalah melalui pemeriksaan penunjang. Anemia sideroblastik perlu dicurigai pada pasien dengan gambaran anemia mikrositik atau anemia RDW tinggi, terutama jika disertai dengan peningkatan serum besi, serum feritin, dan saturasi transferin. Apusan perifer akan menunjukkan dimorfisme sel darah merah. Pada pemeriksaan sumsum tulang akan didapatkan hiperplasia eritroid, kemudian pada pewarnaan besi didapatkan ring sideroblast.[4-6]
Pemeriksaan Darah Lengkap Dengan Apusan Darah Tepi
Dari pemeriksaan darah lengkap, dapat ditemukan anemia, paling sering bersifat anemia sedang. Anemia berat lebih jarang dijumpai.
Mean corpuscular volume (MCV) biasanya rendah, tetapi gambaran normositik, makrositik, dan dimorfik klasik juga umum ditemukan.
Pada anemia sideroblastik dengan etiologi sindrom myelodisplasia juga dapat ditemukan gambaran leukopenia, trombositopenia, atau trombositosis. Apusan darah tepi ditemukan gambaran basophilic stippling pada anemia sideroblastik akibat keracunan timbal.[5]
Evaluasi Kadar Vitamin dan Mineral
Perlu dilakukan pemeriksaan kadar vitamin B12, asam folat, dan tembaga sebagai salah satu faktor risiko anemia pada pasien. Selanjutnya, perlu diperiksa juga profil besi.[5,11]
Biopsi Sumsum Tulang
Biopsi sumsum tulang merupakan metode diagnostik utama anemia sideroblastik. Gambaran yang khas berupa ring sideroblast akan ditemukan pada aspirasi sumsum tulang pasien anemia sideroblastik yang diwarnai dengan pewarnaan Prussian blue. Ring sideroblasts adalah gambaran eritroblas dengan bentukan perinuklear mitokondria yang berlapis zat besi.
Gambaran megakariosit dan mielosit pada apusan sumsum tulang mengindikasikan adanya etiologi sindrom myelodisplasia.[5,11,13]
MRI
Pemeriksaan Magnetic resonance imaging (MRI) dibutuhkan pada pasien anemia dengan hasil pemeriksaan fisik neurologis dengan ataksia. Pemeriksaan MRI pada fosa kranial posterior dapat mendeteksi ada tidaknya lesi primer di otak seperti space-occupying lesions.[5]
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR diindikasikan untuk mendiagnosis anemia sideroblastik kongenital dengan mendeteksi ada tidaknya mutasi serta bagaimana tipe mutasi yang dialami pasien. Hal ini walaupun tidak membantu secara langsung pada proses tata laksana pasien, namun dapat menjadi acuan edukasi kesehatan bagi keluarga dekat pasien mengenai risiko anemia sideroblastik dalam keluarga inti.[5]