Prognosis Anemia Sideroblastik
Prognosis anemia sideroblastik tergantung pada apakah penyebab anemia kongenital atau didapat. Pada anemia sideroblastik kongenital, pasien yang berespon terhadap terapi piridoksin memiliki prognosis lebih baik. Pada anemia sideroblastik didapat, prognosis pasien umumnya baik setelah obat atau toksin yang menyebabkan dihentikan.[4,5]
Komplikasi
Komplikasi anemia sideroblastik adalah hemosiderosis yang dapat mempengaruhi berbagai sistem organ. Organ yang paling sering terpengaruh adalah hepar, dimana deposisi besi dapat menyebabkan gagal hati akut atau sirosis hepatis. Pada kasus yang lebih jarang, dapat terjadi deposisi besi pada jantung yang menyebabkan gagal jantung.
Selain itu, anemia sideroblastik juga dapat menyebabkan komplikasi yang sama dengan anemia secara umum, termasuk kelelahan, penurunan produktivitas, perdarahan, dan high output heart failure. Anemia sideroblastik juga dapat menyebabkan penurunan berat badan, yang pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan gagal tumbuh.
Pasien yang menjalani transplantasi sumsum tulang bisa mengalami komplikasi berupa graft versus host disease.[4,5,8]
Prognosis
Prognosis anemia sideroblastik tergantung pada penyebab yang mendasari timbulnya anemia. Kasus dengan penyebab reversibel, seperti alkohol atau obat, umumnya membaik setelah penyebab dihilangkan dan tidak menimbulkan gejala sisa jangka panjang. Di sisi lain, pasien dengan anemia sideroblastik kongenital bisa tidak berespon dengan terapi dan ketergantungan transfusi. Pasien seperti ini tentunya memiliki prognosis yang lebih buruk dan lebih rentan mengalami komplikasi
Penyebab utama mortalitas pada kasus anemia sideroblastik adalah hemokromatosis, baik akibat anemia itu sendiri maupun sekunder akibat transfusi. Pasien anemia sideroblastik yang terkait dengan sindrom myelodisplasia dapat mengalami leukemia akut dan cenderung mengalami anemia yang lebih berat, memiliki jumlah retikulosit yang lebih rendah, kebutuhan transfusi yang lebih tinggi, dan trombositopenia.
Trombositosis telah dihubungkan dengan prognosis yang lebih baik. Selain itu, pasien yang tidak memerlukan transfusi darah juga dilaporkan memiliki kesintasan lebih baik.[5,6]