Etiologi Leukemia
Etiologi leukemia belum diketahui secara pasti tetapi diduga melibatkan faktor genetik seperti trisomi, delesi, atau mutasi onkogen tertentu. Selain itu, faktor lingkungan juga berperan dalam terjadinya leukemia, misalnya paparan radiasi pengion, asap rokok, benzene, tinta, jelaga, dan debu batu bara. Namun, hingga saat ini belum terdapat penyebab tunggal leukemia yang telah diidentifikasi secara pasti.[14-17]
Faktor Genetik
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik berperan penting dalam risiko dan perkembangan klinis leukemia. Sebagai contoh, Chronic Myeloid Leukemia (CML) diduga terjadi akibat translokasi timbal balik dan fusi BCR pada kromosom 22 dan ABL1 pada kromosom 9. Sementara itu, Chronic Lymphoid Leukemia (CLL) diperkirakan terjadi karena perubahan kromosom trisomi 12, delesi 13q, delesi 11q, dan mutasi atau delesi onkogen tertentu.[14,16]
Studi asosiasi genom telah melaporkan pemetaan varian umum sekitar >40 wilayah genom yang memengaruhi risiko perkembangan klinis dan progresivitas CLL.[14,16,18]
Sebuah studi oleh Gao et al meninjau mutasi GATA2 yang terkait dengan leukemia jenis Acute Myeloid Leukemia (AML) familial. GATA2 adalah faktor transkripsi yang penting untuk diferensiasi hematopoietik dan pembentukan limfatik. Dalam studi ini dilaporkan bahwa mutasi germline GATA2 mungkin berperan dalam terjadinya AML familial dengan limfedema di mana manifestasi klinisnya sangat bervariasi.[18]
Beberapa kelainan bawaan yang menjadi predisposisi terjadinya leukemia terutama tipe AML adalah sindrom Bloom, sindrom Down, neutropenia kongenital, anemia Fanconi, dan neurofibromatosis. Umumnya, pasien dengan kelainan bawaan tersebut mengalami progresivitas AML yang cepat pada masa anak-anak.[14,18]
Paparan Lingkungan
Berbagai paparan lingkungan, seperti paparan radiasi pengion, asap rokok, benzene, tinta, jelaga, debu batu bara (coal dust), serta paparan pestisida telah dikaitkan dengan peningkatan risiko leukemia.[5,8,14,17]
Hipotesis yang mendasari korelasi antara paparan lingkungan dan risiko leukemia semakin diperkuat dengan adanya laporan bahwa agen antineoplastik alkilasi, radiasi pengion, dan benzene merupakan zat sitotoksik yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerentanan kromosom yang mengaktivasi mutasi sel onkogen.[14,15,17]
Selain itu, studi melaporkan bahwa orang yang merokok mempunyai peningkatan risiko terjadinya AML yang minimal namun signifikan secara statistik dengan (odds ratio, 1.5; 95% confidence interval). Dalam beberapa penelitian, risiko AML juga dilaporkan sedikit meningkat pada orang yang merokok dan terpapar asap rokok dibandingkan mereka yang tidak merokok dan tidak terpapar asap rokok secara terus menerus.[3,5,15,18]
Studi lainnya yang relevan menunjukkan bahwa ibu yang menggunakan bahan kimia untuk mengeriting rambut, konsumsi minuman alkohol, dan merokok selama kehamilan akan meningkatkan risiko leukemia pada anak nantinya.[3,5,15]
Agen Infeksi
Agen infeksi seperti virus, bakteri, dan jamur tertentu juga diperkirakan berperan dalam perkembangan leukemia melalui leukemogenesis dan mutasi genetik. Beberapa agen infeksi yang telah teridentifikasi sebagai agen pemicu potensial dari leukemogenesis dan mutasi genetik pada leukemia adalah Epstein-Barr Virus (EBV), virus herpes, virus hepatitis B, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV).[3,5]
Suatu studi yang melakukan meta analisis terhadap korelasi infeksi virus hepatitis B (HBV) dengan terjadinya leukemia melaporkan bahwa infeksi HBV menjadi salah satu faktor risiko terkuat terjadinya AML (I² = 98% dan P 0,05).[3,5]
Kelainan Hematologi yang Mendahului
Kelainan hematologi yang mendahului (antecedent hematologic disorder) seperti sindrom myelodysplastic merupakan salah satu penyebab peningkatan risiko terjadinya AML. Sindrom myelodysplastic merupakan penyakit sumsum tulang dengan etiologi yang tidak diketahui, yang paling sering terjadi pada pasien usia lanjut. Sindrom ini bisa bermanifestasi sebagai sitopenia progresif yang terjadi selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.[14,16,17]
Kelainan hematologi lain yang juga dapat menjadi predisposisi terjadinya AML meliputi anemia aplastik dan kelainan mieloproliferatif, khususnya mielofibrosis.[14,18]
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko terjadinya leukemia adalah sebagai berikut:
- Riwayat kelainan hematologi yang mendahului seperti sindrom myelodysplastic
- Paparan senyawa kimia pada produk rambut, benzene, tinta, jelaga, debu batu bara (coal dust), serta paparan pestisida
- Riwayat paparan radiasi pengion dosis tinggi
- Riwayat penyakit kanker dan menerima terapi radiasi atau antineoplastik alkilasi yang merupakan agen kemoterapi
- Kelainan bawaan seperti sindrom Bloom, sindrom Down, neutropenia kongenital, anemia Fanconi, dan neurofibromatosis
- Riwayat penyakit kanker pada keluarga (genetic susceptibility)
- Infeksi virus onkogenik[3,5,8,15,17]
Penulisan pertama oleh: dr. Tanessa Audrey Wihardji