Patofisiologi Leukemia
Patofisiologi leukemia berhubungan dengan mutasi pada sel induk hematopoietik atau sel progenitor, yang bisa menyebabkan infiltrasi dan abnormalitas pada sel darah serta pertumbuhan jaringan hematopoietik lainnya. Kondisi ini dapat menghambat jaringan hematopoietik normal.[4,5]
Gambar 1. Mekanisme Dasar Patogenesis Leukemia. Sumber: Eva Naomi, 2024.
Instabilitas Genetik Sel
Proses mutasi pada sel induk hematopoietik atau sel progenitor maupun terjadinya abnormalitas pada sel darah dimulai dari adanya instabilitas genetik sel. Instabilitas tersebut meliputi abnormalitas pada proliferasi sel, aktivasi, atau inaktivasi gen melalui translokasi kromosom serta kelainan genetik maupun epigenetik lainnya.[4-6,10]
Instabilitas genetik juga bisa menyebabkan proliferasi myeloblast abnormal yang cepat dengan penurunan kemampuan apoptosis, yang kemudian mengakibatkan infiltrasi dan akumulasi myeloblast di sumsum tulang, sirkulasi darah, limpa, serta hepar.[4,7,9,10]
Defek pada Sitogenetik
Aberasi kromosom akibat paparan radiasi pengion juga dapat menyebabkan defek dan penyimpangan sitogenik, terutama pada kromosom 22 dan 9 yang akan mengalami translokasi yang menyebabkan pemendekan.[4,5,7,9]
Translokasi ini juga menyebabkan perpindahan protoonkogen dan onkogen ABL yang terlibat dalam berbagai proses seluler termasuk diferensiasi sel. Pada leukemia, perpindahan protoonkogen dan onkogen ABL akan mengekspresikan protein yang menyebabkan perkembangan fenotipe myeloid atau myelogenous leukemia.[4,7,10]
Abnormalitas Jalur Diferensiasi Sel B
Sebagian besar sel hematopoietik atau sel progenitor berasal dari sel B klonal yang tertahan dalam jalur diferensiasi sel B, yaitu pada periode perantara antara sel pra-B dan sel B matang (mature B cells) dengan mekanisme yang belum jelas.[6,8,10]
Pada kondisi leukemia, secara morfologis sel B pada darah tepi menyerupai limfosit yang matang dengan kariotipe abnormal yang menimbulkan limfositosis terisolasi yang stabil dengan progresivitas lambat.[5-8,9]
Klasifikasi Leukemia
Leukemia berdasarkan sel asalnya (cell of origin) dibedakan menjadi leukemia myeloid dan lymphoid. Sementara itu, berdasarkan progesivitasnya, leukemia terbagi menjadi leukemia akut dan kronis. Berdasarkan sel asal dan progresivitas tersebut, maka klasifikasi leukemia dapat dibedakan menjadi Acute Myeloid Leukemia (AML), Acute Lymphoid Leukemia (ALL), Chronic Myeloid Leukemia (CML), dan Chronic Lymphoid Leukemia (CLL).[8,11-13]
Acute Myeloid Leukemia (AML)
Acute Myeloid Leukemia (AML) merupakan jenis leukemia yang paling sering dijumpai pada usia lanjut. Patofisiologi yang mendasari AML adalah terhentinya proses maturasi sel sumsum tulang di tahap awal perkembangan, yang melibatkan aktivasi ataupun inaktivasi gen melalui translokasi kromosom, kelainan genetik, atau epigenetik.[1,3,7]
Maturasi sel yang terhenti pada tahap perkembangan awal menyebabkan produksi sel darah normal yang sangat menurun, sehingga menimbulkan anemia, trombositopenia, dan neutropenia. Selain itu, proliferasi myeloblast yang abnormal juga dapat terjadi dengan rentang waktu yang cepat dan bersamaan dengan penurunan kemampuan apoptosis dari myeloblast.[3,7,13]
Acute Lymphoid Leukemia (ALL)
Acute Lymphoid Leukemia (ALL) merupakan jenis leukemia yang paling umum terjadi pada usia anak-anak. Patofisiologi ALL melibatkan proliferasi dan transformasi yang abnormal dari limfoblast (baik sel B maupun sel T).[5,12]
Penurunan produksi sel darah yang normal seperti eritrosit, trombosit, dan neutrofil juga terjadi akibat proliferasi limfoblast yang abnormal. Selain itu, terjadi juga infiltrasi dan akumulasi limfoblast yang massive pada hepar, limpa, dan kelenjar getah bening, yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tersebut.[5,12]
Chronic Myeloid Leukemia (CML)
Chronic Myeloid Leukemia (CML) terjadi akibat translokasi timbal balik dan fusi BCR pada kromosom 22 dan ABL1 pada kromosom 9. Hal ini mengakibatkan disregulasi tirosin kinase pada kromosom 22 yang disebut kromosom Philadelphia (Ph). Hal ini lalu menyebabkan disfungsi pada populasi monoklonal granulosit terutama neutrofil, basofil, dan eosinofil.[2,5,6,8]
Chronic Lymphoid Leukemia (CLL)
Chronic Lymphoid Leukemia (CLL) terjadi akibat perubahan kromosom trisomi 12, delesi 13q, delesi 11q, dan mutasi atau delesi onkogen yang menyebabkan proliferasi sel limfoid monoklonal dan mencegah sel-sel untuk mengalami apoptosis. CLL sering ditemukan terjadi pada usia antara 60–70 tahun dengan proses yang lambat.[4,5,10]
Penulisan pertama oleh: dr. Tanessa Audrey Wihardji